Thursday, December 29, 2011

Dipetik Dari Buku: 2002 Mutiara Kisah-kisah Wanita Syurgawi (Siri 2) Pengarang: Habsah Md. Nor

Dan wanita-wanita di kota berkata: “Isteri al-Aziz menggoda bujangnya untuk menundukkan dirinya (kepadanya): sesungguhnya cintanya kepada bujangnya itu sangat mendalam. Sesungguhnya kami memandangnya dalam kesesatan yang nyata”. (Yusuf: 30)

Berat sungguh malam yang panas itu dirasakan oleh Ra’il, wanita cantik yang biasa dipanggil dengan nama Zulaiha. Ia senantiasa mempercantik paras, menghias diri, dan memakai wangi-wangian. Kemudian berdiri, pagi dan petang, di beranda istananya di atas Sungai Nil, dalam kegelisahan yang tak jelas penyebabnya.

Angin sepoi bertiup tenang dan halus, seakan enggan mengusik ranting-ranting pohon bunga yang mengelilingi beranda istana itu, Zulaiha memandangi sungai dan airnya yang tenang, dan sesekali wajahnya menoleh ke atas, melihat bintang-bintang yang bertaburan di langit nan tinggi, mengelilingi bulan yang sebahagian sinarnya terhalang oleh awan.

Sesaat kemudian, seorang pelayan menghampiri dengan segelas sari buah dingin untuknya, tetapi sang puteri menolak dan malah memerintahkan pelayan itu untuk kembali. Nafasnya semakin menyesakkan, serasa hampir-hampir mencekik lehernya. Dia sendiri tidak tahu apa yang digelisahkannya. Kecantikan? Bukan! Dia wanita tercantik di seluruh Mesir. Anak? Mungkin itu benar, sebab sampai saat ini ia belum dikurniai seorang anak pun.

Sebenarnya ia dapat saja mengambil anak angkat yang disukainya, sebab ia orang terkaya di negeri itu. Tapi naluri keibuannya ternyata menentang niatnya. Dia ingin mengandung dan melahirkan puteranya sendiri, sebagaimana wanita-wanita lain. Tapi suratan takdir menghendaki lain, suaminya tidak kuasa mengubah impiannya menjadi kenyataan.

Berkecamuklah semua fikiran itu di kepalanya. Ia terlena dalam lamunannya, sampai suara halus suaminya tiba-tiba mengejutkan hatinya.

“Ra’il, isteriku yang cantik, bergembiralah!” Kata suaminya sambil menunjukkan sesuatu.

Zulaiha menoleh kepada suaminya, dan betapa terkejut ketika ia lihat suaminya datang bersama seorang anak kecil.

“Siapa namamu?” tanya Zulaiha.

Dengan suara yang hampir-hampir tidak terdengar, anak itu menjawab, “Yusuf”.

Al-Aziz, suami Zulaiha, kemudian mengikutinya dari belakang serta berkata, “Telah kubeli ia dari kafilah yang didapati disebuah telaga di padang pasir. Berikanlah kepadanya tempat (dan layanan) yang baik, boleh jadi ia bermanfaat bagi kita, atau kita pungut ia sebagai anak”.

Isteri al-Aziz tidak mengetahui takdir apa yang bakal terjadi antara dia dan anak itu di hari-hari yang akan datang. Yang jelas ia merasa senang atas kedatangan anak itu, dan hilanglah kesedihan yang selama ini menghimpit dadanya.
Hari-hari berlalu.

Yusuf semakin besar dan menjadi dewasa. Wajahnya tampak semakin tampan. Isteri Aziz tidak mengerti kebahagiaan apa yang meresap di hatinya setiap kali ia memandang Yusuf, dan kesedihan yang menghantuinya ketika Yusuf hilang dari pandangannya.

Setiap kali malam tiba, dan Yusuf pergi ke kamar tidurnya, Zulaiha merasa ada sesuatu yang mengusik lubuk jiwanya, sehingga kadang kala ia bangun meninggalkan suaminya yang sedang tidur, kemudian pergi ke pintu kamar Yusuf. Zulaiha berdiri di pintu kamar Yusuf beberapa saat. Dalam hatinya timbul keraguan: apakah sebaiknya ia masuk menemui Yusuf seperti yang diinginkannya, ataukah ia kembali ke tempatnya sendiri di samping suaminya.

Fikiran seperti itu selalu mengganggu hatinya semalaman, sampai cahaya matahari pagi terlihat masuk melalui jendela-jendela kamarnya. Jika sudah demikian, ia kembali ke kamar suaminya.

Setiap kali pandangannya bertemu dengan pandangan Yusuf, ia merasakan keinginan yang kuat untuk selalu berada dekat pemuda itu, dan tak ingin rasanya berpisah untuk selama-lamanya. Namun, hati kecilnya berkata bahawa Yusuf tidak memendam perasaan yang sama seperti perasaannya.

Pertanyaan yang selalu mengusik kalbunya adalah: Apakah Yusuf mencintainya sebagaimana ia mencintai Yusuf? Apakah Yusuf memendam perasaan seperti yang dipendamnya? Meskipun hati kecilnya berkata bahawa Yusuf tidak menampakkan sikap seperti itu, ia tidak mahu mendengar jawapan itu.

Pada suatu petang, isteri Aziz merasa tidak kuasa lagi hanya berdiri di ambang cinta yang disimpannya kepada Yusuf. Dia kemudian berdiri dimuka cermin, mengagumi kecantikan parasnya, seraya berkata kepada dirinya sendiri, “Adakah, di seluruh Mesir ini, wanita yang kecantikannya melebihi kecantikanku, sehingga Yusuf menghindar dariku? Tidak boleh tidak, wahai, Yusuf, hari ini aku akan menjumpaimu dengan segala macam bujukan dan rayuan, sampai engkau tunduk kepadaku”.

Kemudian ia membuka lemari, dan matanya mengamati setumpuk pakaian di dalamnya. Dipilihnya salah satu gaunnya yang paling indah, berwarna merah dengan model yang membangkitkan ghairah laki-laki. Manakala gaun itu dikenakan, maka sebahagian auratnya yang seharusnya tersembunyi akan tampak. Itulah yang justeru dikehendakinya. Kemudian dia memakai wangi wangian di sekujur tubuhnya, yang menyebabkan lelaki akan berghairah kerana baunya.

Setelah itu, ia atur rambutnya seindah-indahnya di malam yang sunyi itu. Setelah menyelesaikan dan menyempurnakan dandanannya, Zulaiha mengamati sekelilingnya, hingga ia benar-benar yakin bahawa tidak ada seorang pun pelayannya yang masih menunggunya di situ; semuanya sudah lelap di kamarnya masing-masing di kegelapan malam itu. Ia pun tahu bahawa suaminya sedang memenuhi panggilan seorang hakim Mesir dan sibuk dengan urusan-urusannya, sehingga tidak mungkin ia akan kembali sebelum fajar pagi tiba.

Setelah segalanya beres, pergilah ia menuju kamar Yusuf. Didapatinya pintu kamar itu tertutup dan lampunya sudah dimatikan. Dengan perlahan ia mengetuk; satu kali, dua kali … dan tiga kali. Tak lama kemudian, Yusuf pun bangun menyalakan lampu dan membukakan pintu. Alangkah terkejutnya Yusuf ketika ia melihat isteri al-Aziz sudah berada di hadapannya. Tapi ia tidak berkata apa-apa kecuali hanya diam menunduk.



Tiba-tiba Zulaiha masuk ke dalam, mendekatinya dengan ramah, dan memegang tangannya sambil menutup pintu kamar. Zulaiha merasakan kegelisahan, ketakutan, dan tak boleh menjawab pandangan kedua mata Yusuf. Ia lalu berpaling ke arah Yusuf, sedangkan Yusuf selalu berusaha menjauh darinya.

Isteri al-Aziz kemudian berkata, “Apakah maksud semua ini, hai, Yusuf? Janganlah engkau menjauh dariku, sehingga aku binasa kerana rindu kepadamu”.

Yusuf diam tanpa jawapan.

Isteri al-Aziz mendekatinya lagi seraya berkata, “Aduhai, Yusuf, betapa indahnya rambutmu!”

Yusuf menjawab, “Inilah sesuatu yang pertama kali akan berhamburan dari tubuhku setelah aku mati”.

“Aduhai, Yusuf, betapa indahnya kedua matamu!” Bujuk isteri al-Aziz lagi.

“Keduanya ini adalah benda yang pertama kali akan lepas dari kepalaku dan akan mengalir di muka bumi!”

Isteri al-Aziz berkata lagi, “Betapa tampannya wajahmu, hai, Yusuf”.

“Tanah kelak akan melumatnya,” Jawab Yusuf.

Kemudian Zulaiha berkata kepadanya, “Telah terbuka tubuhku kerana ketampanan wajahmu”.

“Syaitan menolongmu untuk berbuat hal itu!” Kata Yusuf.

“Yusuf! Bagaimanapun aku harus mendapatkan apa yang selama ini kudambakan, dan kini aku datang kerananya”. Kata Zulaiha.

Yusuf menjawab: “Ke manakah aku akan lari dari murka Allah jika aku menderhakaiNya?”

Sedarlah isteri al-Aziz bahawa Yusuf benar-benar tidak mahu memenuhi apa yang ia inginkan. Maka, ia pun lebih mendekat lagi, dan meletakkan badan Yusuf di atas dadanya. Ia berharap Yusuf akan tertarik kepadanya dan mahu memenuhi keinginannya. Akan tetapi, di luar dugaannya, Yusuf malah menghindar darinya dan segera berlari hendak keluar dari kamar itu.

Isteri al-Aziz tak habis berfikir mengapa Yusuf sedemikian keras mempertahankan kesuciannya di hadapan wanita cantik yang telah siap melayaninya, bahkan lari menjauh darinya. Ia lalu mengejar Yusuf dari belakang untuk memaksanya. Ketika sudah sangat dekat, dipegangnyalah bahagian belakang baju Yusuf dan ditariknya kuat-kuat. Dengan penuh kemarahan, ia melarang Yusuf keluar dari kamar. Akhirnya, koyaklah bahagian belakang baju Yusuf.



Pada saat yang sama, tiba-tiba al-Aziz sudah berada di hadapan mereka berdua, bersama saudara sepupu Zulaiha. Dengan serta merta isteri al-Aziz berkata: “Apakah hukuman bagi orang yang akan berbuat serong kepada isterimu, selain dipenjarakan atau (dihukum) dengan seksaan yang pedih?” Dengan perkataan itu, Zulaiha bermaksud menyatakan bahawa Yusuf telah berbuat yang melampaui batas atas dirinya.

Al-Aziz sangat marah atas terjadinya peristiwa memalukan itu. Kerana tidak menduga hal itu dilakukan oleh Yusuf, seorang anak terlantar yang telah dibelinya, dipeliharanya, dan dikasihinya seperti kasih sayang seorang ayah kepada puteranya sendiri. Tidak mungkin hal itu boleh terjadi?

Yusuf sedar bahawa isteri al-Aziz telah berkata dusta tentang dirinya dan menuduhnya dengan tuduhan palsu. Maka, segeralah Zulaiha berkata kepada al-Aziz: “Dia menggodaku untuk menundukkan diriku (kepadanya)”.

Allah ternyata menghendaki bebasnya Yusuf dari tuduhan wanita itu. Seorang bayi yang masih menyusu, anak salah seorang keluarga Zulaiha yang ketika itu datang ke istana, tiba-tiba berkata, “Jika bajunya koyak di bahagian muka, maka wanita itulah yang benar dan Yusuf termasuk orang-orang dusta. Dan jika bajunya koyak di bahagian belakang, maka wanita itulah yang dusta dan Yusuf termasuk orang-orang yang benar”.

Mendengar itu, segeralah al-Aziz menghampiri Yusuf untuk melihat bajunya. Demi didapatinya baju Yusuf koyak di bahagian belakang (kerana tarikan isterinya), mengertilah al-Aziz akan pengkhianatan isterinya dan bersihnya Yusuf dari tuduhan itu. Kemudian ia berkata: “Sungguh, inilah tipu muslihatmu. Sungguh dahsyat tipu muslihatmu!”

Kemudian ia memandang Yusuf seraya berkata: “Hai, Yusuf, berpalinglah dari ini!” Maksud perkataan itu adalah agar Yusuf tidak memberitakan aib yang terjadi atas diri isterinya itu, sehingga tidak terdengar oleh orang ramai. Sedangkan kepada isterinya ia berkata: “Dan (kamu, hai isteriku) mohon ampunlah atas dosamu itu, kerana sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang berbuat salah”.

“Celakalah kamu, Yusuf!” Kata isteri al-Aziz dengan kemarahan yang memuncak, kerana Yusuf menolak kecantikan dan kebesarannya. “Tidak! aku tak akan membiarkanmu, Yusuf. Bagaimana pun akan kucari jalan lain yang dapat mempedayakanmu, hingga kamu memenuhi apa yang kukehendaki…”



Hari-hari pun berlalu, dan al-Aziz yang kalah dalam urusan itu berusaha memohon kerelaan isterinya menghadapi kenyataan itu, sementara sang isteri menyanggahnya dengan dalih bahawa suaminya telah menjatuhkan martabat dan kemuliaannya.

Zulaiha tahu benar bahawa setiap kali ia menampakkan kebenciannya kepada suaminya, sang suami benar-benar berusaha mendekati dan membujuknya kerana ia sangat mencintainya dan merasa lemah di hadapan kecantikan wajahnya dan ketinggian peribadinya, yang sebenarnya bersifat mulia.

Yusuf sendiri akhirnya berdiam sepanjang hari di dalam kamarnya, kerana peristiwa aib itu terjadi di situ. Ia tidak keluar dari kamarnya kecuali ada suatu pekerjaan penting yang ditugaskan oleh tuannya, al-Aziz.

Hari-hari yang berat dan keras selalu menghantui isteri al-Aziz. Ia menanti datang suatu peluang untuk kembali melakukan tipu dayanya atas diri Yusuf, sebab apa yang baru terjadi itu justeru menambah rasa cinta dan keinginan untuk berhubungan dengan Yusuf, meskipun secara terang-terang ia telah berdusta atas diri Yusuf untuk menghilangkan keraguan suaminya terhadapnya.

Hari demi hari dirasakan oleh isteri al-Aziz dengan berat dan terasa lambat berjalan. Di kota, beberapa peristiwa yang tak terduga telah terjadi. Wanita-wanita di Mesir, ketika itu, tidak berkeinginan bicara lain kecuali tentang peristiwa aib antara isteri al-Aziz dan Yusuf. Yang sungguh menghairankan, bagaimana peristiwa itu dapat tersebar di seluruh kota, padahal semua pihak di istana al-Aziz berusaha merahsiakannya.



Pelayan lelaki istana dan sebahagian pelayan wanita besar kemungkinan, merekalah yang membocorkan rahsia itu.

Langit ibu kota Mesir penuh dengan gema kisah sekitar kejadian itu. Dalam setiap kelompok wanita, tidak ada masalah lain yang dibicarakan kecuali tentang isteri al-Aziz dan Yusuf, semuanya dicurahkan tanpa segan silu.
Akhirnya, sampailah berita yang menyakitkan itu ke telinga isteri al-Aziz. Dan tentu saja hal itu menimbulkan kemarahannya yang luar biasa.

Akan tetapi, apa hendak dikata, ia tidak dapat berbuat apa-apa kecuali menerima kenyataan itu dengan hati yang semakin pedih. “Betapa perjalanan hidupku menjadi sepotong roti dalam mulut wanita-wanita kota yang dipenuhi cemuhan dan ejekan.” Keluhnya dalam hati, “padahal, di hari-hari kemarin, tak seorangpun dari mereka berani menyebut namaku kecuali dengan segala penghormatan dan kemuliaan”.

Kemudian ketenangan mulai meresap di hati isteri al-Aziz, setelah jiwanya tergoncang kerana kemarahan. Mulailah ia berbicara kepada dirinya sendiri:“ Aku wanita, dan mereka pun wanita. Harus mereka terima hinaan sebagaimana hinaan yang mereka tujukan kepadaku. Jika mereka memperolok-olokku dengan lidahnya, maka sesungguhnya olok-olokku nanti lebih keras atas diri mereka…” Maka, keluarlah dia dari kamarnya menuju beranda istananya yang menghadap Sungai Nil.

Di tepian sungai itu, ia mulai berfikir, sementara angin lembut menerpa pepohonan bunga yang mengelilingi istana, membuat harum udara di sekitarnya. Isteri al-Aziz mulai merenung; fikirannya berputar ke sana kemari, mengikuti alunan ombak sungai yang tenang.

Tak lama kemudian, wajahnya tampak sedikit berseri, kemudian mulutnya tersenyum. Telah ditemukan satu cara untuk membereskan masalah itu. Ya, mengapa ia tidak menghentikan cemuhan wanita-wanita itu tentang dirinya dan Yusuf dalam suatu pertemuan terbuka? Mengapa ia tidak memanggil wanita-wanita itu untuk duduk bercakap-cakap seperti biasa ia lakukan sebelum ini, lalu ia perintahkan Yusuf keluar (menampakkan diri di hadapan mereka)? Nanti mereka akan sedar dan mengerti mengapa isteri al-Aziz jatuh hati kepada anak angkatnya.

Kemudian dipanggilnya semua wanita itu ke istana untuk bersukaria. Kepada mereka dipersembahkan berbagai macam buah-buahan, dan masing-masing diberi sebilah pisau sebagai alat pemotongnya. Akan dilihat oleh isteri Al-Aziz apa yang nanti bakal terjadi ketika Yusuf muncul secara tiba-tiba di tengah-tengah mereka.

Hairanlah kebanyakan wanita bangsawan terhadap panggilan isteri al-Aziz itu. Mereka menyaksikan suasana yang lain dari biasanya. Ruangan istana, ketika itu, dihiasi dengan penuh kemegahan. Wanita-wanita yang hadir duduk di kerusi yang indah. Di hadapan mereka masing-masing terdapat sepinggan buah segar dan sebilah pisau pemotongnya.



Semua pandangan hadirin ditujukan kepada barang-barang yang ada dalam ruangan istana itu. Semuanya diam membisu, tak ada yang berani berbicara dengan jelas tentang apa yang tersimpan di dada dan mulailah isteri Aziz membuka acara. Pembicaraan hanya berkisar tentang buah dan masalah-masalah pesta ria itu, sama sekali jauh dari masalah peristiwa dirinya dengan Yusuf. Ia berkata bahawa segala yang disediakannya kali ini dimaksudkan sebagai kejutan bagi wanita-wanita itu.

Di antara wanita-wanita yang hadir dalam jamuan itu, ada salah seorang yang menyindir. Dengan cara yang cerdik, ia berkisah kepada hadirin tentang seorang pemudi yang jatuh cinta, dan mati dalam kesedihan kerana laki-laki yang meminangnya tewas di medan perang melawan musuh-musuh negerinya. Tetapi isteri al-Aziz, dengan lebih cerdik, mengalihkan pembicaraan ke masalah-masalah lain.

Kemudian ia berkata kepada Yusuf, “Keluarlah (tampakkanlah dirimu) kepada mereka.”

Maka, keluarlah Yusuf dari tempatnya menuju jamuan wanita-wanita itu. Betapa terkejutnya wanita-wanita itu demi melihat ketampanan Yusuf. Mereka sama tercengang dan kehairanan. Dan tanpa disedari, mereka memotong jari-jari mereka sendiri dengan pisau.



Mereka mengira sedang memotong buah, padahal tidak dirasakan darah mengalir dari tangan mereka. Lama-kelamaan mereka baru ingat dan menyedari apa yang telah mereka lakukan, kemudian berkata, “Maha Besar Allah. Ini bukanlah manusia. Ia tiada lain dari malaikat yang mulia”.

Ketika itu wajah isteri al-Aziz menahan sedih dan duka. Berubahlah wajah nan cantik itu menjadi marah. Dia berkata seraya menunjuk kepada Yusuf: “Itulah orang yang menyebabkan aku di cela kerana (tertarik) kepadanya, dan sesungguhnya aku telah menginginkan dirinya, tetapi ia menolak. Dan (sekarang) jika dia tidak mentaati apa yang kuperintahkan, nescaya ia akan dipenjarakan dan dia akan menjadi orang yang hina”.

Yusuf mendengar apa yang dikatakan oleh isteri Aziz dengan sikap yang tenang dan tabah, di hadapan wanita-wanita kota. Dia pun mendengar keinginan setiap wanita yang hadir, sebagaimana keinginan isteri al-Aziz terhadapnya.

Sambil berlindung kepada Allah, Yusuf berkata, “Tuhanku! Penjara lebih kusukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak Allah hindarkan aku dari tipu daya mereka, tentulah aku tertarik kepada mereka. Dan tentulah aku termasuk orang yang jahil”. Allah meneguhkan hamba-hamba-Nya yang mukmin serta berlindung dan berpegang dengan kebenaran yang diperintahkan oleh-Nya …” Maka, Tuhan memperkenankan doa Yusuf, dan Dia menghindarkan Yusuf dari tipu daya mereka. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar, Yang Maha Mengetahui”.

Pulanglah wanita-wanita kota itu dengan tangan mereka berlumuran darah. Mereka semua akhirnya sedar bahawa Zulaiha, isteri al-Aziz, terhalang cintanya kepada Yusuf. Yusuf, kemudian meninggalkan ruangan itu dan pergi ke kamarnya. Isteri al-Aziz tampak duduk sambil berfikir. Ia memang menghendaki kehinaan atas wanita-wanita yang menghina dirinya dengan Yusuf, dan hal itu telah selesai ia lakukan. Menanglah ia dengan suatu kemenangan yang dapat menyembuhkan sakit hatinya.

Akan tetapi, setelah ia lebih dalam berfikir, ia sedari bahawa perasaan yang ditanggungnya selama ini adalah suatu sebab yang berat baginya. Ia berbicara dengan dirinya sendiri: “Yusuf telah menghindar dariku dua kali; sekali dikamarnya dan sekali di hadapan wanita-wanita kota. Sesungguhnya wanita-wanita kota itu pun mencintai Yusuf sebagaimana aku, tetapi semuanya tidak memperoleh sesuatu darinya. Ancamanku kepadanya tidak ditakutinya. Celakalah kamu meskipun aku mencintaimu.”

Pergilah isteri al-Aziz menemui suaminya. Al-Aziz kemudian bertanya tentang jamuan yang diadakannya. Isterinya menjelaskan bahawa jamuan itu hanya menambah keburukan baginya.

“Bagaimana hal itu boleh terjadi?” Tanya Al-Aziz.

“Jika Yusuf tidak disembunyikan dari seisi istana dan kota, dia akan selalu berbicara tentang apa yang memburukkanku…” Jawabnya.

Maka, mendekatlah al-Aziz kepada isterinya seraya berkata. “Bagaimana engkau boleh rela dengan apa yang memburukkanmu?”

Gementarlah badan wanita itu, dan kemudian berkata: “Kalau begitu, masukkanlah Yusuf ke dalam penjara, sehingga semua orang akan melupakannya”.



Al-Aziz menyetujui usul isterinya itu. Tak lama kemudian, beberapa pengawal istana membawa Yusuf ke penjara. Tatkala Yusuf keluar dari pintu istana, isteri al-Aziz berdiri di belakang jendela kamarya sambil memandanginya. Ia merasa seolah-olah sebahagian dari hatinya tercabut, meskipun dialah yang mendesak suaminya agar memasukkan Yusuf ke dalam penjara.

Saban hari berlalu, dan kesedihan selalu mewarnai wajah isteri al-Aziz, sementara suaminya hanya boleh melihat hal itu dengan sikap diam dan tidak kuasa berbuat sesuatu. Wanita itu bertanya kepada dirinya sendiri: “Salahkah aku tatkala menyuruh al-Aziz memasukkan Yusuf ke dalam penjara?

Ya, kuharamkan diriku melihat Yusuf… “Sekali lagi ia berfikir dalam kegelisahannya: “Tetapi, apakah aku bersalah dalam urusan itu?” Dia menyanggah dirinya sendiri untuk lepas dari azab, seperti seorang dermawan yang haus, tetapi tidak sanggup menjangkau air yang dipikul di bahunya sendiri.

Hari demi hari, bulan demi bulan, dan tahun demi tahun berjalan tanpa sunyi dari cerita isteri al-Aziz dengan Yusuf. Pada suatu hari, datanglah utusan raja, memerintahkannya untuk datang keistana. Isteri al-Aziz sangat hairan, sebab hal itu belum terjadi sebelumnya. Dia bertanya kepada suaminya apa kira-kira yang menyebabkan sang raja memanggilnya ke istana.

Al-Aziz menjawab, “Mungkin ada urusan yang berhubungan dengan Yusuf.”

Mendengar nama Yusuf disebut lagi, lenyaplah segala dugaan. Tetapi, benarkah raja hanya berkehendak untuk berbicara dengannya tentang Yusuf?

Dengan penuh pertanyaan di benaknya, pergilah isteri al-Aziz menuju istana raja. Di sana didapatinya wanita-wanita yang telah memotong tangannya beberapa waktu yang lalu, semuanya menghadap Raja Mesir. Sementara itu, sang raja memandangi wajah para wanita itu satu persatu, kemudian mengajukan pertanyaan singkat kepada wanita-wanita itu:

“Bagaimana keadaanmu ketika kamu menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadamu)?”

Mereka menjawab serentak: “Kami tiada mendapati suatu keburukan padanya (Yusuf)”.

Tiba-tiba, tanpa diminta oleh Raja, isteri al-Aziz berbicara. Ia merasa telah tiba saatnya untuk berbicara terus terang perihal itu, agar hilang semua beban dosa kerana tindakan aniayanya terhadap Yusuf.

Di hadapan Raja, wanita-wanita kota, dan seluruh yang hadir di situ, dia menerangkan: “Sekarang jelaslah kebenaran itu. Akulah yang menggodanya untuk menundukkan dirinya (kepadaku), dan sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang benar”.


(Yusuf berkata), “Yang demikian itu agar dia (al-Aziz) mengetahui bahawa sesungguhnya aku tidak berkhianat kepadanya di belakangnya, dan bahawasanya Allah tidak merelai tipudaya orang-orang yang berkhianat. Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), kerana sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun, Maha Penyayang”.

Terjadi perbezaan pendapat tentang kehidupan perempuan itu selanjutnya. Sebahagian orang berpendapat bahawa sejak itu isteri al-Aziz hidup bersama kesedihan dan putus asa kerana ingatannya kepada Yusuf. Sebahagian yang lain berpendapat bahawa isteri al-Aziz itu akhirnya pindah ke suatu tempat yang jauh, dan tiada khabar beritanya sama sekali. Yang jelas, kehidupan wanita itu menjadi terganggu, kerana cinta kepada Yusuf.

Namun ada yang mengisahkan setelah peristiwa itu Zulaiha bertaubat kepada Allah SWT. Ketika Yusuf diutus menjadi Rasul dan menjadi penguasa menggantikan Al-Aziz, Nabi Yusuf berjumpa dengan Zulaiha yang ketika itu keadaannya sudah tua. Akhirnya Allah menjadikan Zulaiha muda remaja dan berkahwin dengan Nabi Yusuf. Maka jadilah Zulaiha sebagai seorang wanita yang solehah yang sentiasa beramal kepada Allah SWT.

(Kisah Zulaiha ini dapat di baca dalam Al-Quran surah Yusuf ayat 21-53)

Dipetik Dari Buku: 2002 Mutiara Kisah-kisah Wanita Syurgawi (Siri 2)
Pengarang: Habsah Md. Nor

Tuesday, December 27, 2011

Zina

Masya Allah.. perangkap dosa yg paling berbisa telah menjebak kita, wahai diriku, segeralah bertaubat dan bersumpah setia pada Allah swt untuk tak mengulanginya lagi... Kita jangan sibukkan diri dengan sedih dulu, kerana sedih akan sirna bila syahwat bangkit, maka kita terancam untuk terjebak lagi... langkah pertama adalah menjauhkan diri dari sebab2 yg boleh membuat kita terperangkap lagi, putuskan semua simpul-simpul yg dapat menarik kita kearah itu...

Sunday, December 25, 2011

Andai

Andai seorang perempuan datang kepadamu ketika kau berseorangan…
Andai seorang perempuan datang dan senyum mesra memandangmu…
Andai seorang perempuan datang duduk di sebelahmu membiarkan bahu dan punggungnya bersentuhan denganmu…
Andai seorang perempuan datang menanyakan tentang bentuk badannya kepadamu…
Andai seorang perempuan datang menanyakan tentang kecantikan wajah dan badannya kepadamu…
Andai seorang perempuan datang memintamu menghilangkan daun di rambutnya…
Andai seorang perempuan datang kepadamu sambil mendedahkan bahagian- bahagian tertentu…
Andai seorang perempuan datang tanpa segan silu denganmu…

Andai datang waktu itu, apakah tindakanmu?

MUNGKIN PADA PANDANGAN PEREMPUAN ITU,

“Kau adalah kawan karibku.”
“Gua takde perasaan dengan lu, so gua selambe jela dengan lu.”
“Kau dah seperti abang kandungku.”
“Kau dan aku bukan alim sangat jadi tak perlu hipokrit.”
“Kaulah kekasihku, diri ini sepenuhnya milikmu.”
“Aku tahu kau dan aku takkan mungkin berzina, kita pasti pandai mengawal diri.”
“Oh, kau adalah bakal suamiku, aku harus berlatih dari sekarang mengurangkan malu”.
“Ku berbuat begini tiada yang tahu, kau takkan cerita pada orang lain.”

TETAPI WAHAI LELAKI, ADAKAH SELALUNYA BETUL PANDANGAN MEREKA ITU?

Andai seorang perempuan itu datang…
Dan hanya dirimu pengawal gelanggang…

BERANIKAN dirimu untuk MENEGUR
GAGAHKAN dirimu untuk BERUNDUR
TABAHKAN dirimu untuk menjadi LELAKI YANG UNGGUL!

Lelaki yang hormat pada hak bakal suami perempuan itu nanti,
Lelaki yang hormat pada maruah kaum ibu dan adik beradik perempuannya sendiri,
Lelaki yang takkan disogok dengan benda-benda free,
Lelaki yang punya jati diri, menegur kerana TAK MAHU ISTERINYA NANTI BEKAS-BEKAS LELAKI,

Insaflah wahai diri yang bernama lelaki,

Andai seorang perempuan itu datang…
Beranikanlah diri untuk menolak dengan matang…
Andai seorang perempuan itu datang…

Saturday, December 24, 2011

Sayangi mereka

Telah banyak kita membaca, mendengar dan menyaksikan, bagaimana sebahagian orang mencurahkan kasih sayang yang tidak berbelah bagi kepada anak-anak; makan minumnya dijaga rapi, pakaian, permainan, hiburan dan segala yang diinginkan oleh si anak dari kecil hingga menginjak dewasa diberi tanpa banyak soal... Namun, bila melihat sikap si anak yang bagai melupakan budi orang tua, mereka kecewa... Limpahan kasih mereka kepada si anak dibalas dengan curahan kata-katanya yang menyakitkan, memberontak, tidak mendengar nasihat dan seumpamanya... Ingatlah wahai diri yang kita jua pasti mengisi tempat 'mereka' nanti... Punya anak-anak sendiri... Bagaimana kita melayan ibu & bapa kita... Begitulah nanti anak-anak kita melayan kita... Allah swt itu, Maha Adil lagi Bijaksana.

Nukilan Rasa seorang anak yang berdosa :'(

Wednesday, December 21, 2011

Bahagiakan mereka

Ketika kita merasa kita tidak bahagia dengan hidup kita... ingatlah, bahwa ada seseorang yg hatinya cukup bahagia hanya karena adanya kita...

Mereka itulah ibu & bapa kita...

Selamat Beramal :)

Tuesday, December 20, 2011

Malu...

Malu bukan sahaja memperlihatkan kemanisan akhlak dan ketinggian akidah seseorang manusia... Malah, memelihara diri manusia itu sendiri daripada kehinaan dan kemusnahan peribadi secara beransur-ansur... Ingatlah kita ini diperhatikan hakikatnya... Diperhatikan oleh Allah swt dan para malaikat untuk dinilai buat tuaian ladang akhirat... Diperhatikan oleh manusia juga untuk dicontohi... Diperhatikan juga musuh untuk dipergunakan...

Monday, December 19, 2011

RAM

"Apabila hujan turun
Melimpahlah air dari perbukitan
Aliran menujah ke batu
melekuk
Tanda waktu beralih
Seiring nyawa menghanyut usia
Sejalan nafas melangkah ke hujung
Awan, andai dapat dicapai..maka saktilah hamba.." - Bagaikan Puteri
*****

"Cinta Sang Ratu
laksana langit mencengkam purnama
ibarat mutiara di lautan biru
saujana mata memandang, seluas langit terbentang
tatkala cinta berbisik, suaranya memuji TUHAN
pabila rindu terusik, rasulnya jadi pilihan
sampai masanya cinta jadi taruhan
Sang Ratu menjadi impian
Sebagai manusia..aku sayang kepadamu.." - Cinta Sang Ratu
*****

"...ia isyarat dari langit yang turun ke hati kemudian sampai ke fikiran. Akal manusia itulah yang membezakan kebaikan dan kebatilan..semua ini adalah peralihan yang dipanggil Ashabul Kahfi..SubhanALLAH..!!" - Hijab Sang Pencinta

Sunday, December 18, 2011

Amal mu

Amal mu Menjadi bekal sepanjang jalan... Menjadi teman di perjalanan... Gunanya kembali ke pangkuan Tuhan, Pada hari itu tiada berguna Harta, tahta dan wajah kacak & jelita... Body cantik, kad kredit dan kereta... Kondominium, saham dan niaga... Kalau dahi tak pernah mencecah sejadah di dunia...

Mohon di MAAFIN segala Dosa...

Sunday, December 11, 2011

Mari baca

Al Quran dan Terjemahan
Surah:
Ayat:
Surah 14 Ibrahim ( 52 ayat ) إبراهيم
1 Alif, laam raa. (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji. الَر كِتَابٌ أَنزَلْنَاهُ إِلَيْكَ لِتُخْرِجَ النَّاسَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِ رَبِّهِمْ إِلَى صِرَاطِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ
2 Allah-lah yang memiliki segala apa yang di langit dan di bumi. Dan kecelakaanlah bagi orang-orang kafir karena siksaan yang sangat pedih, اللّهِ الَّذِي لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأَرْضِ وَوَيْلٌ لِّلْكَافِرِينَ مِنْ عَذَابٍ شَدِيدٍ
3 (yaitu) orang-orang yang lebih menyukai kehidupan dunia dari pada kehidupan akhirat, dan menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah dan menginginkan agar jalan Allah itu bengkok. Mereka itu berada dalam kesesatan yang jauh. الَّذِينَ يَسْتَحِبُّونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا عَلَى الآخِرَةِ وَيَصُدُّونَ عَن سَبِيلِ اللّهِ وَيَبْغُونَهَا عِوَجاً أُوْلَـئِكَ فِي ضَلاَلٍ بَعِيدٍ
4 Kami tidak mengutus seorang rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka. Maka Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Dia-lah Tuhan Yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana. وَمَا أَرْسَلْنَا مِن رَّسُولٍ إِلاَّ بِلِسَانِ قَوْمِهِ لِيُبَيِّنَ لَهُمْ فَيُضِلُّ اللّهُ مَن يَشَاءُ وَيَهْدِي مَن يَشَاءُ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
5 Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Musa dengan membawa ayat-ayat Kami, (dan Kami perintahkan kepadanya): "Keluarkanlah kaummu dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dan ingatkanlah mereka kepada hari-hari Allah". Sesunguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi setiap orang penyabar dan banyak bersyukur. وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا مُوسَى بِآيَاتِنَا أَنْ أَخْرِجْ قَوْمَكَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَذَكِّرْهُمْ بِأَيَّامِ اللّهِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِّكُلِّ صَبَّارٍ شَكُورٍ
6 Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Ingatlah ni'mat Allah atasmu ketika Dia menyelamatkan kamu dari (Fir'aun dan) pengikut-pengikutnya, mereka menyiksa kamu dengan siksa yang pedih, mereka menyembelih anak-anak laki-lakimu, membiarkan hidup anak-anak perempuanmu; dan pada yang demikian itu ada cobaan yang besar dari Tuhanmu". وَإِذْ قَالَ مُوسَى لِقَوْمِهِ اذْكُرُواْ نِعْمَةَ اللّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ أَنجَاكُم مِّنْ آلِ فِرْعَوْنَ يَسُومُونَكُمْ سُوءَ الْعَذَابِ وَيُذَبِّحُونَ أَبْنَاءكُمْ وَيَسْتَحْيُونَ نِسَاءكُمْ وَفِي ذَلِكُم بَلاء مِّن رَّبِّكُمْ عَظِيمٌ
7 Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni'mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni'mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
8 Dan Musa berkata: "Jika kamu dan orang-orang yang ada di muka bumi semuanya mengingkari (ni'mat Allah) maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji". وَقَالَ مُوسَى إِن تَكْفُرُواْ أَنتُمْ وَمَن فِي الأَرْضِ جَمِيعاً فَإِنَّ اللّهَ لَغَنِيٌّ حَمِيدٌ
9 Belumkah sampai kepadamu berita orang-orang sebelum kamu (yaitu) kaum Nuh, 'Ad, Tsamud dan orang-orang sesudah mereka. Tidak ada yang mengetahui mereka selain Allah. Telah datang rasul-rasul kepada mereka (membawa) bukti-bukti yang nyata lalu mereka menutupkan tangannya ke mulutnya (karena kebencian), dan berkata: "Sesungguhnya kami mengingkari apa yang kamu disuruh menyampaikannya (kepada kami), dan sesungguhnya kami benar-benar dalam keragu-raguan yang menggelisahkan terhadap apa yang kamu ajak kami kepadanya". أَلَمْ يَأْتِكُمْ نَبَأُ الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ قَوْمِ نُوحٍ وَعَادٍ وَثَمُودَ وَالَّذِينَ مِن بَعْدِهِمْ لاَ يَعْلَمُهُمْ إِلاَّ اللّهُ جَاءتْهُمْ رُسُلُهُم بِالْبَيِّنَاتِ فَرَدُّواْ أَيْدِيَهُمْ فِي أَفْوَاهِهِمْ وَقَالُواْ إِنَّا كَفَرْنَا بِمَا أُرْسِلْتُم بِهِ وَإِنَّا لَفِي شَكٍّ مِّمَّا تَدْعُونَنَا إِلَيْهِ مُرِيبٍ
10 Berkata rasul-rasul mereka: "Apakah ada keragu-raguan terhadap Allah, Pencipta langit dan bumi? Dia menyeru kamu untuk memberi ampunan kepadamu dari dosa-dosamu dan menangguhkan (siksaan)mu sampai masa yang ditentukan?" Mereka berkata: "Kamu tidak lain hanyalah manusia seperti kami juga. Kamu menghendaki untuk menghalang-halangi (membelokkan) kami dari apa yang selalu disembah nenek moyang kami, karena itu datangkanlah kepada kami, bukti yang nyata". قَالَتْ رُسُلُهُمْ أَفِي اللّهِ شَكٌّ فَاطِرِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ يَدْعُوكُمْ لِيَغْفِرَ لَكُم مِّن ذُنُوبِكُمْ وَيُؤَخِّرَكُمْ إِلَى أَجَلٍ مُّسَـمًّى قَالُواْ إِنْ أَنتُمْ إِلاَّ بَشَرٌ مِّثْلُنَا تُرِيدُونَ أَن تَصُدُّونَا عَمَّا كَانَ يَعْبُدُ آبَآؤُنَا فَأْتُونَا بِسُلْطَانٍ مُّبِينٍ
11 Rasul-rasul mereka berkata kepada mereka: "Kami tidak lain hanyalah manusia seperti kamu, akan tetapi Allah memberi karunia kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya. Dan tidak patut bagi kami mendatangkan suatu bukti kepada kamu melainkan dengan izin Allah. Dan hanya kepada Allah sajalah hendaknya orang-orang mukmin bertawakkal. قَالَتْ لَهُمْ رُسُلُهُمْ إِن نَّحْنُ إِلاَّ بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ وَلَـكِنَّ اللّهَ يَمُنُّ عَلَى مَن يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَمَا كَانَ لَنَا أَن نَّأْتِيَكُم بِسُلْطَانٍ إِلاَّ بِإِذْنِ اللّهِ وَعلَى اللّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ
12 Mengapa kami tidak akan bertawakkal kepada Allah padahal Dia telah menunjukkan jalan kepada kami, dan kami sungguh-sungguh akan bersabar terhadap gangguan-gangguan yang kamu lakukan kepada kami. Dan hanya kepada Allah saja orang-orang yang bertawakkal itu, berserah diri". وَمَا لَنَا أَلاَّ نَتَوَكَّلَ عَلَى اللّهِ وَقَدْ هَدَانَا سُبُلَنَا وَلَنَصْبِرَنَّ عَلَى مَا آذَيْتُمُونَا وَعَلَى اللّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُتَوَكِّلُونَ
13 Orang-orang kafir berkata kepada Rasul-rasul mereka: "Kami sungguh-sungguh akan mengusir kamu dari negeri kami atau kamu kembali kepada agama kami". Maka Tuhan mewahyukan kepada mereka: "Kami pasti akan membinasakan orang-orang yang zalim itu, وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُواْ لِرُسُلِهِمْ لَنُخْرِجَنَّـكُم مِّنْ أَرْضِنَا أَوْ لَتَعُودُنَّ فِي مِلَّتِنَا فَأَوْحَى إِلَيْهِمْ رَبُّهُمْ لَنُهْلِكَنَّ الظَّالِمِينَ
14 dan Kami pasti akan menempatkan kamu di negeri-negeri itu sesudah mereka. Yang demikian itu (adalah untuk) orang-orang yang takut (akan menghadap) kehadirat-Ku dan yang takut kepada ancaman-Ku". وَلَنُسْكِنَنَّـكُمُ الأَرْضَ مِن بَعْدِهِمْ ذَلِكَ لِمَنْ خَافَ مَقَامِي وَخَافَ وَعِيدِ
15 Dan mereka memohon kemenangan (atas musuh-musuh mereka) dan binasalah semua orang yang berlaku sewenang-wenang lagi keras kepala, وَاسْتَفْتَحُواْ وَخَابَ كُلُّ جَبَّارٍ عَنِيدٍ
16 di hadapannya ada Jahannam dan dia akan diberi minuman dengan air nanah, مِّن وَرَآئِهِ جَهَنَّمُ وَيُسْقَى مِن مَّاء صَدِيدٍ
17 diminumnnya air nanah itu dan hampir dia tidak bisa menelannya dan datanglah (bahaya) maut kepadanya dari segenap penjuru, tetapi dia tidak juga mati, dan dihadapannya masih ada azab yang berat. يَتَجَرَّعُهُ وَلاَ يَكَادُ يُسِيغُهُ وَيَأْتِيهِ الْمَوْتُ مِن كُلِّ مَكَانٍ وَمَا هُوَ بِمَيِّتٍ وَمِن وَرَآئِهِ عَذَابٌ غَلِيظٌ
18 Orang-orang yang kafir kepada Tuhannya, amalan-amalan mereka adalah seperti abu yang ditiup angin dengan keras pada suatu hari yang berangin kencang. Mereka tidak dapat mengambil manfaat sedikitpun dari apa yang telah mereka usahakan (di dunia). Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh. مَّثَلُ الَّذِينَ كَفَرُواْ بِرَبِّهِمْ أَعْمَالُهُمْ كَرَمَادٍ اشْتَدَّتْ بِهِ الرِّيحُ فِي يَوْمٍ عَاصِفٍ لاَّ يَقْدِرُونَ مِمَّا كَسَبُواْ عَلَى شَيْءٍ ذَلِكَ هُوَ الضَّلاَلُ الْبَعِيدُ
19 Tidakkah kamu perhatikan, bahwa sesungguhnya Allah telah menciptakan langit dan bumi dengan hak? Jika Dia menghendaki, niscaya Dia membinasakan kamu dan mengganti(mu) dengan makhluk yang baru, أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللّهَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ بِالْحقِّ إِن يَشَأْ يُذْهِبْكُمْ وَيَأْتِ بِخَلْقٍ جَدِيدٍ
20 dan yang demikian itu sekali-kali tidak sukar bagi Allah. وَمَا ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ بِعَزِيزٍ
21 Dan mereka semuanya (di padang Mahsyar) akan berkumpul menghadap ke hadirat Allah, lalu berkatalah orang-orang yang lemah kepada orang-orang yang sombong: "Sesungguhnya kami dahulu adalah pengikut-pengikutmu, maka dapatkah kamu menghindarkan daripada kami azab Allah (walaupun) sedikit saja? Mereka menjawab: "Seandainya Allah memberi petunjuk kepada kami, niscaya kami dapat memberi petunjuk kepadamu. Sama saja bagi kita, apakah kita mengeluh ataukah bersabar. Sekali-kali kita tidak mempunyai tempat untuk melarikan diri". وَبَرَزُواْ لِلّهِ جَمِيعاً فَقَالَ الضُّعَفَاء لِلَّذِينَ اسْتَكْبَرُواْ إِنَّا كُنَّا لَكُمْ تَبَعاً فَهَلْ أَنتُم مُّغْنُونَ عَنَّا مِنْ عَذَابِ اللّهِ مِن شَيْءٍ قَالُواْ لَوْ هَدَانَا اللّهُ لَهَدَيْنَاكُمْ سَوَاء عَلَيْنَا أَجَزِعْنَا أَمْ صَبَرْنَا مَا لَنَا مِن مَّحِيصٍ
22 Dan berkatalah syaitan tatkala perkara (hisab) telah diselesaikan: "Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan akupun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinya. Sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekedar) aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu mencerca aku akan tetapi cercalah dirimu sendiri. Aku sekali-kali tidak dapat menolongmu dan kamupun sekali-kali tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatanmu mempersekutukan aku (dengan Allah) sejak dahulu". Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu mendapat siksaan yang pedih. وَقَالَ الشَّيْطَانُ لَمَّا قُضِيَ الأَمْرُ إِنَّ اللّهَ وَعَدَكُمْ وَعْدَ الْحَقِّ وَوَعَدتُّكُمْ فَأَخْلَفْتُكُمْ وَمَا كَانَ لِيَ عَلَيْكُم مِّن سُلْطَانٍ إِلاَّ أَن دَعَوْتُكُمْ فَاسْتَجَبْتُمْ لِي فَلاَ تَلُومُونِي وَلُومُواْ أَنفُسَكُم مَّا أَنَاْ بِمُصْرِخِكُمْ وَمَا أَنتُمْ بِمُصْرِخِيَّ إِنِّي كَفَرْتُ بِمَا أَشْرَكْتُمُونِ مِن قَبْلُ إِنَّ الظَّالِمِينَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
23 Dan dimasukkanlah orang-orang yang beriman dan beramal saleh ke dalam syurga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya dengan seizin Tuhan mereka. Ucapan penghormatan mereka dalam syurga itu ialah "salaam". وَأُدْخِلَ الَّذِينَ آمَنُواْ وَعَمِلُواْ الصَّالِحَاتِ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ تَحِيَّتُهُمْ فِيهَا سَلاَمٌ
24 Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللّهُ مَثَلاً كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاء
25 pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا وَيَضْرِبُ اللّهُ الأَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ
26 Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun. وَمَثلُ كَلِمَةٍ خَبِيثَةٍ كَشَجَرَةٍ خَبِيثَةٍ اجْتُثَّتْ مِن فَوْقِ الأَرْضِ مَا لَهَا مِن قَرَارٍ
27 Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki. يُثَبِّتُ اللّهُ الَّذِينَ آمَنُواْ بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ وَيُضِلُّ اللّهُ الظَّالِمِينَ وَيَفْعَلُ اللّهُ مَا يَشَاءُ
28 Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang telah menukar ni'mat Allah dengan kekafiran dan menjatuhkan kaumnya ke lembah kebinasaan?, أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ بَدَّلُواْ نِعْمَةَ اللّهِ كُفْراً وَأَحَلُّواْ قَوْمَهُمْ دَارَ الْبَوَارِ
29 yaitu neraka jahannam; mereka masuk kedalamnya; dan itulah seburuk-buruk tempat kediaman. جَهَنَّمَ يَصْلَوْنَهَا وَبِئْسَ الْقَرَارُ
30 Orang-orang kafir itu telah menjadikan sekutu-sekutu bagi Allah supaya mereka menyesatkan (manusia) dari jalan-Nya. Katakanlah: "Bersenang-senanglah kamu, karena sesungguhnya tempat kembalimu ialah neraka". وَجَعَلُواْ لِلّهِ أَندَاداً لِّيُضِلُّواْ عَن سَبِيلِهِ قُلْ تَمَتَّعُواْ فَإِنَّ مَصِيرَكُمْ إِلَى النَّارِ
31 Katakanlah kepada hamba-hamba-Ku yang telah beriman: "Hendaklah mereka mendirikan shalat, menafkahkan sebahagian rezki yang Kami berikan kepada mereka secara sembunyi ataupun terang-terangan sebelum datang hari (kiamat) yang pada bari itu tidak ada jual beli dan persahabatan. قُل لِّعِبَادِيَ الَّذِينَ آمَنُواْ يُقِيمُواْ الصَّلاَةَ وَيُنفِقُواْ مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرّاً وَعَلانِيَةً مِّن قَبْلِ أَن يَأْتِيَ يَوْمٌ لاَّ بَيْعٌ فِيهِ وَلاَ خِلاَلٌ
32 Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezki untukmu; dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu, berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai. اللّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ وَأَنزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقاً لَّكُمْ وَسَخَّرَ لَكُمُ الْفُلْكَ لِتَجْرِيَ فِي الْبَحْرِ بِأَمْرِهِ وَسَخَّرَ لَكُمُ الأَنْهَارَ
33 Dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya); dan telah menundukkan bagimu malam dan siang. وَسَخَّر لَكُمُ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ دَآئِبَينَ وَسَخَّرَ لَكُمُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ
34 Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung ni'mat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (ni'mat Allah). وَآتَاكُم مِّن كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ وَإِن تَعُدُّواْ نِعْمَتَ اللّهِ لاَ تُحْصُوهَا إِنَّ الإِنسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ
35 Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala. وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَـذَا الْبَلَدَ آمِناً وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَن نَّعْبُدَ الأَصْنَامَ
36 Ya Tuhanku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan daripada manusia, maka barangsiapa yang mengikutiku, maka sesungguhnya orang itu termasuk golonganku, dan barangsiapa yang mendurhakai aku, maka sesungguhnya Engkau, Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. رَبِّ إِنَّهُنَّ أَضْلَلْنَ كَثِيراً مِّنَ النَّاسِ فَمَن تَبِعَنِي فَإِنَّهُ مِنِّي وَمَنْ عَصَانِي فَإِنَّكَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
37 Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur. رَّبَّنَا إِنِّي أَسْكَنتُ مِن ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِندَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُواْ الصَّلاَةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِّنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُم مِّنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ
38 Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau mengetahui apa yang kami sembunyikan dan apa yang kami lahirkan; dan tidak ada sesuatupun yang tersembunyi bagi Allah, baik yang ada di bumi maupun yang ada di langit. رَبَّنَا إِنَّكَ تَعْلَمُ مَا نُخْفِي وَمَا نُعْلِنُ وَمَا يَخْفَى عَلَى اللّهِ مِن شَيْءٍ فَي الأَرْضِ وَلاَ فِي السَّمَاء
39 Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kepadaku di hari tua (ku) Ismail dan Ishaq. Sesungguhnya Tuhanku, benar-benar Maha Mendengar (memperkenankan) do'a. الْحَمْدُ لِلّهِ الَّذِي وَهَبَ لِي عَلَى الْكِبَرِ إِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ إِنَّ رَبِّي لَسَمِيعُ الدُّعَاء
40 Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah do'aku. رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلاَةِ وَمِن ذُرِّيَّتِي رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاء
41 Ya Tuhan kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapaku dan sekalian orang-orang mu'min pada hari terjadinya hisab (hari kiamat)". رَبَّنَا اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِلْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ يَقُومُ الْحِسَابُ
42 Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim. Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak, وَلاَ تَحْسَبَنَّ اللّهَ غَافِلاً عَمَّا يَعْمَلُ الظَّالِمُونَ إِنَّمَا يُؤَخِّرُهُمْ لِيَوْمٍ تَشْخَصُ فِيهِ الأَبْصَارُ
43 mereka datang bergegas-gegas memenuhi panggilan dengan mangangkat kepalanya, sedang mata mereka tidak berkedip-kedip dan hati mereka kosong. مُهْطِعِينَ مُقْنِعِي رُءُوسِهِمْ لاَ يَرْتَدُّ إِلَيْهِمْ طَرْفُهُمْ وَأَفْئِدَتُهُمْ هَوَاء
44 Dan berikanlah peringatan kepada manusia terhadap hari (yang pada waktu itu) datang azab kepada mereka, maka berkatalah orang-orang yang zalim: "Ya Tuhan kami, beri tangguhlah kami (kembalikanlah kami ke dunia) walaupun dalam waktu yang sedikit, niscaya kami akan mematuhi seruan Engkau dan akan mengikuti rasul-rasul". (Kepada mereka dikatakan): "Bukankah kamu telah bersumpah dahulu (di dunia) bahwa sekali-kali kamu tidak akan binasa? وَأَنذِرِ النَّاسَ يَوْمَ يَأْتِيهِمُ الْعَذَابُ فَيَقُولُ الَّذِينَ ظَلَمُواْ رَبَّنَا أَخِّرْنَا إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ نُّجِبْ دَعْوَتَكَ وَنَتَّبِعِ الرُّسُلَ أَوَلَمْ تَكُونُواْ أَقْسَمْتُم مِّن قَبْلُ مَا لَكُم مِّن زَوَالٍ
45 dan kamu telah berdiam di tempat-tempat kediaman orang-orang yang menganiaya diri mereka sendiri, dan telah nyata bagimu bagaimana Kami telah berbuat terhadap mereka dan telah Kami berikan kepadamu beberapa perumpamaan". وَسَكَنتُمْ فِي مَسَـاكِنِ الَّذِينَ ظَلَمُواْ أَنفُسَهُمْ وَتَبَيَّنَ لَكُمْ كَيْفَ فَعَلْنَا بِهِمْ وَضَرَبْنَا لَكُمُ الأَمْثَالَ
46 Dan sesungguhnya mereka telah membuat makar yang besar padahal di sisi Allah-lah (balasan) makar mereka itu. Dan sesungguhnya makar mereka itu (amat besar) sehingga gunung-gunung dapat lenyap karenanya. وَقَدْ مَكَرُواْ مَكْرَهُمْ وَعِندَ اللّهِ مَكْرُهُمْ وَإِن كَانَ مَكْرُهُمْ لِتَزُولَ مِنْهُ الْجِبَالُ
47 Karena itu janganlah sekali-kali kamu mengira Allah akan menyalahi janji-Nya kepada rasul-rasul-Nya; sesungguhnya Allah Maha Perkasa, lagi mempunyai pembalasan. فَلاَ تَحْسَبَنَّ اللّهَ مُخْلِفَ وَعْدِهِ رُسُلَهُ إِنَّ اللّهَ عَزِيزٌ ذُو انْتِقَامٍ
48 (Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit, dan meraka semuanya (di padang Mahsyar) berkumpul menghadap ke hadirat Allah yang Maha Esa lagi Maha Perkasa. يَوْمَ تُبَدَّلُ الأَرْضُ غَيْرَ الأَرْضِ وَالسَّمَاوَاتُ وَبَرَزُواْ للّهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارِ
49 Dan kamu akan melihat orang-orang yang berdosa pada hari itu diikat bersama-sama dengan belenggu. وَتَرَى الْمُجْرِمِينَ يَوْمَئِذٍ مُّقَرَّنِينَ فِي الأَصْفَادِ
50 Pakaian mereka adalah dari pelangkin (ter) dan muka mereka ditutup oleh api neraka, سَرَابِيلُهُم مِّن قَطِرَانٍ وَتَغْشَى وُجُوهَهُمْ النَّارُ
51 agar Allah memberi pembalasan kepada tiap-tiap orang terhadap apa yang ia usahakan. Sesungguhnya Allah Maha cepat hisab-Nya. لِيَجْزِي اللّهُ كُلَّ نَفْسٍ مَّا كَسَبَتْ إِنَّ اللّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ
52 (Al Quraan) ini adalah penjelasan yang sempurna bagi manusia, dan supaya mereka diberi peringatan dengan-Nya, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran. هَـذَا بَلاَغٌ لِّلنَّاسِ وَلِيُنذَرُواْ بِهِ وَلِيَعْلَمُواْ أَنَّمَا هُوَ إِلَـهٌ وَاحِدٌ وَلِيَذَّكَّرَ أُوْلُواْ الأَلْبَابِ

Friday, December 9, 2011

Kalaulah

Daripada Abu Hurairah ra, katanya Rasulullah saw bersabda : Orang mukmin yang kuat adalah lebih baik dan lebih dikasihi Allah SWT daripada orang mukmin yang lemah. Masing-masing ada mempunyai kebaikan. Bersungguh-sungguhlah mengerjakan sesuatu yang berguna (di dunia dan di akhirat); dan hendaklah selalu meminta pertolongan daripada Allah dan jangan berasa lemah, yakni putus harapan, atau merasa hampa. Jika engkau ditimpa sesuatu janganlah berkata “kalaulah aku berbuat demikian tentu akan jadi begini dan begitu”; akan tetapi katakanlah “Taqdir Allah, dan Allah berbuat sekehendak-Nya”. Sesungguhnya perkataan ‘kalaulah’ hanya membukakan jalan bagi syaitan untuk berbuat sesuatu. (HR Muslim)

Sudah menjadi kebiasaan kita melafazkan “kalau…” ketika berhadapan dengan perkara yang tidak seperti kita impikan seolah-olah tidak redha dengan ketentuan Ilahi. Ketika gagal dalam peperiksaan, “Kalaulah dulu aku belajar sungguh-sungguh…” yang kita ucapkan. Ketika basikal dicuri orang, “Kalaulah semalam aku kunci basikal aku…” yang kita ungkapkan. Ucaplah seribu kali ‘kalau’ kalau kita mahu. Ambillah hikmah disebalik ‘kalau’ itu. Tetapi kalaulah ‘kalau’ hanya kata-kata kosong tanpa sebarang perubahan, ianya tidak bermakna.

Tapi ingat!

Ucaplah sejuta kali ‘kalau’ pun di hadapan Allah di akhirat kelak, semuanya sudah terlambat. Sepertimana firmanNya :

6. Dan orang-orang yang ingkar kepada Tuhannya, memperoleh azab Jahannam. Dan itulah seburuk-buruk tempat kembali.7. Apabila mereka dilemparkan ke dalamnya mereka mendengar suara neraka yang mengerikan, sedang neraka itu menggelegak,8. hampir-hampir (neraka) itu terpecah-pecah lantaran marah. Setiap kali dilemparkan ke dalamnya sekumpulan (orang-orang kafir), penjaga-penjaga (neraka itu) bertanya kepada mereka: “Apakah belum pernah datang kepada kamu (di dunia) seorang pemberi peringatan?”9. Mereka menjawab: “Benar ada”, sesungguhnya telah datang kepada kami seorang pemberi peringatan, maka kami mendustakan(nya) dan kami katakan: “Allah tidak menurunkan sesuatupun; kamu tidak lain hanyalah di dalam kesesatan yang besar.”10. Dan mereka berkata: “KALAULAH kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala.”11. Mereka mengakui dosa mereka. Maka kebinasaanlah bagi penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala. (al-Mulk : 6 ~ 11)

Surat dari ibumu...


Satu ketika dulu doktor datang menyampaikan khabar berita kehamilanku, diri ini bercampur rasa gembira dan bahagia. Semenjak berita gembira itu, aku membawamu ke mana-mana saja selama sembilan bulan.

Tidur, berdiri, makan dan bernafas dalam kesulitan, tetapi semua itu tidak mengurangi cinta dan kasih sayangku kepadamu bahkan ia tumbuh bersama berjalannya waktu.

Aku mengandungkanmu, wahai anakku! Aku begitu gembira tatkala berasakan melihat terajang kakimu dan balikan badanmu di perutku.

Aku berasa puas setiap aku menimbang diriku kerana semakin hari semakin bertambah berat perutku bererti engkau sihat dalam rahimku.
Penderitaan yang berpanjangan menderaku, sampailah saat itu ketika fajar pada malam berkenaan aku tidak dapat tidur atau memejamkan mataku barang sekejap.

Aku berasakan sakit tidak tertahan dan rasa takut yang tidak dapat dilukiskan. Sakit itu terus berlanjutan sehingga membuat�ku tidak dapat lagi menangis.

Sebanyak itu pula aku melihat kematian menari-nari di pelupuk mataku hingga tibalah waktunya engkau keluar ke dunia. Engkau pun lahir…tangisanku bercampur dengan tangismu.

Semua itu, sirna keletihan dan kesedihan. Hilang semua sakit dan penderitaan malah kasihku padamu semakin bertambah dan bertambah.

Aku peluk dan cium dirimu sebelum meneguk satu titis air yang ada di kerongkonganku. Wahai anakku…sudah berlalu tahun daripada usiamu, aku membawamu dengan hatiku dan memandikanmu dengan kedua-dua tangan kasih sayangku.



Sekadar gambar hiasan



Sari pati hidupku kuberikan kepadamu. Aku tidak tidur demi tidurmu, berletih demi kebahagiaanmu. Harapanku pada setiap hari; agar aku melihat senyumanmu.
Kebahagiaanku setiap saat adalah celotehmu dalam meminta sesuatu agar aku berbuat sesuatu untukmu…itulah kebahagiaanku!

Kemudian, berlalulah waktu.

Hari berganti hari, bulan berganti bulan dan tahun berganti tahun. Selama itu pula aku setia menjadi pelayanmu yang tidak pernah lalai, menjadi dayangmu yang tidak pernah berhenti, dan menjadi pekerjamu yang tidak pernah mengenal lelah serta mendoakan selalu kebaikan dan taufik untukmu.

Aku selalu memperhatikan dirimu hari demi hari hingga engkau menjadi dewasa. Badanmu yang tegap, kumis dan jambang tipis yang menghiasi wajahmu menambah ketampananmu.

Tatkala itu aku mulai melirik ke kiri dan ke kanan demi mencari pasangan hidupmu. Semakin dekat hari perkahwinanmu, semakin dekat pula hari kepergianmu.

Saat itu pula hatiku mulai serasa terhiris, air mataku mengalir, entah apa rasanya hati ini. Bahagia bercampur dengan duka, tangis bercampur pula dengan tawa.

Bahagia kerana engkau mendapatkan pasangan dan sedih kerana engkau pelipur hatiku akan berpisah denganku. Waktu berlalu seakan-akan aku menyeretnya dengan berat.

Kiranya setelah perkahwinan itu aku tidak lagi mengenal dirimu, senyummu yang selama ini menjadi pelipur duka dan kesedihan, sekarang sirna bagaikan matahari yang ditutupi kegelapan malam.

Tawamu selama ini ku jadikan buluh perindu, sekarang tenggelam seperti batu yang dijatuhkan ke dalam kolam yang hening, dengan dedaunan yang berguguran.

Aku benar-benar tidak mengenalmu lagi kerana engkau sudah melupakanku dan melupakan hakku. Terasa lama hari-hari yang ku lewati hanya untuk ingin melihat rupamu.

Detik demi detik ku hitung demi mendengarkan suaramu. Akan tetapi penantian ku rasakan sangat panjang. Aku selalu berdiri di pintu hanya untuk melihat dan menanti kedatanganmu.

Setiap kali berderit pintu aku menyangka engkaulah orang yang datang itu. Setiap kali telefon berdering aku rasa engkaulah yang menelefon.

Setiap suara kenderaan yang lewat aku rasa engkaulah yang datang. Akan tetapi, semua itu tidak ada. Penantianku sia-sia dan harapanku hancur berkeping.

Yang tersisa hanyalah kesedihan daripada semua keletihan yang selama ini kurasakan. Sambil menangisi diri dan nasib yang memang ditakdirkan oleh-Nya.

Anakku…ibumu ini tidaklah meminta banyak dan tidaklah menagih kepadamu yang bukan-bukan. Yang ibu pinta, jadikan ibumu sebagai sahabat dalam kehidupanmu.

Jadikanlah ibumu yang malang ini sebagai pembantu di rumahmu, agar dapat juga aku menatap wajahmu, agar Ibu teringat pula hari-hari bahagia masa kecilmu.

Dan Ibu memohon kepadamu: Nak! Janganlah engkau memasang jerat permusuhan denganku, jangan buang wajahmu ketika ibu hendak memandang wajahmu!

Yang ibu tagih kepadamu, jadikanlah rumah ibumu, satu tempat persinggahanmu agar engkau dapat sekali-kali singgah ke sana sekalipun hanya satu detik.

Jangan jadikan ia sebagai tempat sampah yang tidak pernah engkau kunjungi atau sekiranya terpaksa engkau datangi sambil engkau tutup hidungmu dan engkau pun berlalu pergi.

Wahai anakku, setiap kali aku mendengar engkau bahagia dengan hidupmu, setiap itu pula bertambah kebahagiaanku. Bagaimana tidak, engkau buah daripada kedua-dua tanganku, engkaulah hasil keletihanku.

Engkaulah laba daripada semua usahaku! Kiranya dosa apa yang kuperbuat sehingga engkau jadikan diriku musuh bebuyutanmu? Pernahkah aku berbuat khilaf dalam salah satu waktu selama bergaul denganmu atau pernahkah aku berbuat lalai dalam melayanimu?

Wahai anakku! Aku hanya ingin melihat wajahmu dan aku tidak mengingin yang lain. Wahai anakku! Hatiku terhiris, air mataku mengalir sedangkan engkau sihat.

Orang sering mengatakan engkau seorang lelaki baik, dermawan dan berbudi. Anakku…Tidak tersentuhkah hatimu terhadap seorang wanita tua yang lemah, tidak terenyuhkah jiwamu melihat orang tua renta ini, ia binasa dimakan rindu, berselimut�kan kesedihan dan berpakaian kedukaan?

Bukan kerana apa-apa? Akan tetapi hanya kerana engkau berhasil mengalirkan air matanya…Hanya kerana engkau membalas�nya dengan luka di hatinya… hanya kerana engkau pandai menikam dirinya dengan belati derhakamu tepat menghujam jantungnya…hanya kerana engkau berhasil pula memutuskan tali silaturahim?

Wahai anakku, ibumu inilah sebenarnya pintu syurga bagimu. Maka titilah jambatan itu menujunya, lewatilah jalannya dengan senyuman yang manis, pemaaf dan balas budi yang baik.

Semoga aku bertemu denganmu di sana dengan kasih sayang Allah seperti hadis: “Orang tua adalah pintu syurga yang di tengah.

“Sekiranya engkau mahu, maka sia-siakanlah pintu itu atau jagalah!” (Hadis riwayat Ahmad). Akan tetapi, anakku! Mungkin ada satu hadis yang terlupakan olehmu! Satu keutamaan besar kamu lalai iaitu Nabi s.a.w yang mulia bersabda: Daripada Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah s.a.w: “Wahai Rasulullah, amal apa yang paling mulia?

Beliau berkata: “Solat pada waktunya”, aku bertanya: “Kemudian apa, wahai Rasulullah?” Beliau berkata: “Berbakti kepada kedua-dua orang tua”, dan aku bertanya: “Kemudian, wahai Rasulullah!” Beliau menjawab, “Jihad di jalan Allah”, lalu beliau diam. Sekiranya aku bertanya lagi, nescaya beliau akan menjawabnya. (Muttafaqun ‘alaih).

Anakku, yang aku cemaskan terhadapmu, yang aku takutkan bahawa jangan-jangan engkaulah yang dimaksudkan Nabi s.a.w dalam sabda�nya: “Merugilah seseorang, merugilah seseorang, merugilah seseorang”, Rasulullah ditanya: “Siapa dia, wahai Rasulullah?, Baginda menajwab: “Orang yang mendapatkan kedua-dua ayah ibunya ketika tua, dan tidak memasukkannya ke syurga.” (Hadis riwayat Muslim).

Anakku…Aku tidak akan angkat keluhan ini ke langit dan aku tidak adukan duka ini kepada Allah kerana sekiranya keluhan ini membumbung menembus awan, melewati pintu langit, maka akan menimpamu kebinasaan dan kesengsaraan yang tidak ada ubatnya serta tidak ada tabib yang dapat menyembuhkannya.

Aku tidak akan melakukannya, nak! Bagaimana aku melakukannya sedangkan engkau jantung hatiku… Bagaimana ibumu ini kuat menengadahkan tangannya ke langit sedangkan engkau adalah pelipur laraku.

Bagaimana ibu tegar melihatmu merana terkena doa mustajab, padahal engkau bagiku adalah kebahagiaan hidupku. Bangunlah, nak! Uban sudah mulai merambat di kepalamu.

Akan berlalu masa hingga engkau akan menjadi tua pula, dan engkau akan memetik sesuai dengan apa yang engkau tanam… Aku tidak ingin engkau nantinya menulis surat yang sama kepada anakmu, engkau tulis dengan air matamu sebagaimana aku menulisnya dengan air mata itu kepadamu.

Wahai anakku, bertakwalah kepada Allah dan pada ibumu, peganglah kakinya! Sesungguh�nya syurga di kakinya.

Sumber : HMetro

Nota Kaki : Teringat kpd arwah emak

Saturday, December 3, 2011

Makam ku nanti...

Perlahan, tubuhku ditutup tanah,
perlahan, semua pergi meninggalkanku,
masih terjelas langkah-langkah terakhir mereka
aku sendirian, di tempat gelap yang tak pernah terbayang
sendiri menunggu keputusan

Menyesal sudah tak mungkin,
tobat tak lagi dianggap,
dan maafpun tak bakal didengar,
aku benar-benar harus sendiri

Tuhanku,
Jika kau beri akau satu lagi kesempatan,
Jika kau pinjamkan lagi beberapa hari milik-Mu
beberapa hari saja…
aku harus berkeliling memohon maaf pada mereka
yang selama ini telah merasakan zalimku,
yang selama ini sengsara karena aku,
yang tertindas dalam kuasaku,
yang selama ini telah kusakiti hatinya,
yang selama ini telah aku bohongi

begitu sesal diri ini
karena hari-hari telah berlalu tanpa makna
penuh kesia-siaan

Aku dimakamkan hari ini
dan semua menjadi tak termaafkan,
dan semua menjadi tak terlambat,
dan aku harus sendiri,
untuk waktu yang tak terbayangkan

Pendamba syurga

Wanita pendamba syurga
Pesona akhlakmu bagai mutiara yang berkilauan
Halus tuturmu menggambarkan pribadi yang santun
Kecantikan hatimu laksana kapas tanpa noda
Kesejukan aura jiwamu seperti bidadari syurga
Kau hiasi dirimu dengan bingkaian akhlak islami
Semakin berwibawa karena auratmu terhijabi.

Saat wanita lain bergelimang kesenangan semu
Menari-nari di atas lantai dansa
Menenggak arak dalam gelas-gelas kristal
Engkau justru mengurung diri
Mentafakuri kehidupan akhirat yang masih ghaib
Mengembara dalam pencarian jati diri.

Di saat wanita lain asyik memilih busana trendi
Sibuk memoles tubuh dan wajah
Berlomba memamerkan aurat mereka
Engkau justru tampil bersahaja
Dalam balutan gamis dan kerudung panjang
Engkau sembunyikan auratmu
Agar tak terjamah pesona kecantikan itu
Dari mata-mata lelaki jalang.

Di saat wanita-wanita lain tertawa lepas
Menikmati euphoria tanpa batas
Menebar cinta basi pada lelaki
Engkau justru menangis dalam sujud
Mendaki taubat dalam bukit tahajud
Mengemis ampunan pada Penggenggam nyawa
Menutup lisan dari bicara sia-sia.

Di saat wanita-wanita lain mengidolakan
Miyabi, Britney Spears, Celine Dion, Maddona
Engkau mengidolakan Khadijah, Maryam, Asiyah, Fatimah
Di saat wanita lain bangga aibnya terbuka
Puas jika namanya di puja-puja
Engkau justru mengasingkan diri dari gemerlap dunia
Merahasiakan kebaikan yang kau lakukan pada sesama
Karena takut jatuh pada perbuatan riya’.

Di saat wanita-wanita lain menghabiskan waktu di plaza
Menghamburkan materi dengan sia-sia
Engkau justru menghabiskan waktumu di mushola
Menguatkan zikir dan memuja asma-Nya.
Merenda istigfar di atas sajadah cinta.

Di saat wanita-wanita lain hanyut dalam pesona zaman
Bercengkerama liar dengan segala kemewahan
Sibuk memuja artis-artis idaman
Engkau justru sibuk mengkaji ilmu
Mendakwahkan agama Islam tanpa ragu
Berjibaku dengan segala kesulitan
Meneriakkan kalimat jihad militan.

Di saat wanita-wanita lain sibuk menenteng majalah erotis
Menggumbar gosip sesama secara sadis
Engkau justru teguh pada Al-Qur’an dan hadis
Yang kau jadikan pegangan hidup
Agar iman di dadamu tidak redup.

Wanita pendamba syurga…
Agungnya akhlakmu berselimut mutiara
Pada rahimmu kelak generasi-generasi agama
Akan Allah amanahkan
Engkau calon madrasah pertama
Saat mujahid-mujahid terlahir di dunia.

Sujudku

Melewati siang dalam kepenatan jiwa
Menyusuri malam dengan kesunyian hati
Gumpalan dosa mengikuti jiwa yang kering
Sesal isak meremas persendian raga

Dalam bulir-bulir waktu
Berkejaran rasa, menjelma menjadi alunan sesak
Tanpa harapan, tiada tujuan
Melangkah dalam kehampaan

Mengejar kebahagiaan semu
Bersama nyanyian tanpa makna
Tertawa lepas di atas altar maksiat
Gelak hati merintih dalam kepedihan

Nun jauh dari naluri suci
Arak memabukkan menari-nari
Tanpa cacat dalam gelas putih
Hingga memabukkan diri ini
Melebur dalam lautan dosa
Malam terasa memekakkan gendang telinga

Masa bergulir melahirkan remang-remang asa
Warna hitam mendung berganti menjadi bianglala indah
Dalam pusaran waktu cinta-Nya menyapa
Mengalir sejuk ke relung jiwa yang tandus
Jeritan tangis pilu menghampar
Menyesali ruh dan jasad yang tlah tersesat jauh
Hidung tersumbat oleh dosa-dosa masa lalu
Jiwa tertatih ingin berdiri, menggenggam erat Kasih-Nya

Ya Allah,
Dalam kehampaan jiwa
Tlah Kau tuangkan air cinta-Mu
Pada diri yang tlah berlumur dosa
Pada hati yang bersimbah kemunafikan

Ya Allah,
diri malu mengharap ampunan-Mu
Namun kuyakin Engkau teramat Penyayang
Meski hamba-hamba-Mu berserakan dosa

Ya Allah,
dalam sesal tak bertepian
Ku ingin teguh berjalan dalam keridhaan
Rinduku pada-Mu menggelora
Menggebu dalam puncak menara sujud
Genggam jiwa yang sedang meronta
Mengharap luapan dosa Engkau Ampuni
Dalam puncak menara sujud khusyuk pada-Mu
Pasrah ini kugantungkan.

Cinta sahabat sejati

Seorang sahabat sejati
Membantumu menjadi dirimu sendiri
Mengisi gersang jiwamu dengan ketulusan hati
Memotivasi gundahmu dengan sebening cinta kasih
Menuntun langkahmu tanpa lelah dan pamrih.

Sahabat sejati ikhlas menemani
Setiap musim di lubuk hati
Ketika kegundahan menghampiri
Ia menabur pupuk kasih sayang
Ketika tangis duka menyerang
Ia tegar bagaikan karang.

Sahabat sejati
Menjadi sumur menampung air matamu
Ketika badai amarah mencabik-cabikmu
Ia bak pelangi yang gemulai
setia meredam amukan emosimu.

Seorang sahabat sejati
Mengenali tiap jengkal perubahan bahasa hatimu
Laksana ranting mampu merangkai ceria dan tawamu
Menemani saat jatuh bangunmu
Tanpa lelah ataupun pamrih
Ia menjadi ladangmu menitip benih
Menyemai putik kisah haru biru
Tanpa jeda yang bisa diungkapkan melalui kosakata.

Sahabat sejati
Dengan untaian cinta menegur khilafmu
Memisahkan kebenaran dari kesalahanmu
Bukan membenarkan keburukanmu
Ia hadir saat kau butuh
Ia menjadi tempat bersandar
membagi tawa juga luka
Menampung keluhmu
lalu menyimpannya di cawan rahasia.

Sahabat sejati
Kuat dan ikhlas menemani perjuanganmu menuju surga
Sekuat Umar mulia dalam membela Rasulullah
Seikhlas Abu Bakar mulia
Berkorban jiwa raga demi kejayaan Islam
Tak lekang oleh hambatan
Tak goyah oleh ancaman.

Seorang sahabat sejati adalah
Setia membantumu menaiki tebing sumbing kehidupan
Senantiasa bersamamu mengarungi luasnya samudera
Tak kan alpa menyebutmu dalam sujud khusyuknya

Wahai ikhwan

Wahai Ikhwan FB,
Yang masih memiliki hati
Dengarlah jeritan hati kami
Sudahi merayu kami
Hentikan menebar simpati.

Kami hanyalah akhwat
Yang ingin menggapai cinta Ilahi
Yang mempunyai iman setipis ari
Menghadapi sikapmu yang tak terkendali
Terkadang kami tak cukup kuat.

Wahai Ikhwan FB,
Yang masih mempunyai nurani
Dengarlah suara hati kami
Jangan rintangi dakwah kami
Jangan matikan komitmen kami
Jangan serang kami dengan komentar basi.

Kami hanyalah akhwat biasa
Yang sedang mencari jati diri sejati
Yang tak sekuat iman istri para Nabi
Kami risih dengan candamu yang menjadi-jadi

Wahai Ikhwan FB,
Yang mempunyai lubuk hati
Dengarlah keluhan jiwa kami
Jangan goda kami dengan ta'aruf islami
Jika hanya sekedar mencari sensasi
Hati kami bukanlah kelinci semurah kue serabi
Kami akhwat yang menjunjung amanah Ilahi
Mengemban dakwah dalam naungan visi dan misi

Wahai Ikhwan FB,
Yang memiliki belas asih
Dengarlah pinta kami
Hargai hijab lebar kami
Bantulah kami kokohkan harga diri
Jangan lucuti semangat kami
Jangan runtuhkan ketegaran kami

Tolong kami,
Wahai para ikhwan FB
Jika kalian masih mempunyai hati nurani.

[Yuliana Pendamba Surga/voa-islam.com]

Duhai akhwat

Duhai akhwat yang kukagumi
Yang memiliki iman di hati
Dengarlah suara hati para lelaki
Sudahi menebar simpati
Hentikan bermanja pada kami
Kami ikhwan biasa yang tidak suci
Yang ingin teguh di jalan Ilahi.

Duhai yang kukasihi para akhwat
Yang memiliki malu, hormat dan martabat
Kami adalah pria biasa yang mudah terpikat
Iman kami tak sekuat para nabi dan shahabat
Fotomu bertebaran menggoda dan mengusik syahwat
Kecantikanmu menembus hati yang taat syariat.

Duhai akhwat yang kusanjungi
Jangan hajar emosi dan jiwa kami
dengan perhatian yang murah
Jiwa ini terasa gerah
dengan pujian yang membuncah.

Duhai akhwat yang kupuja
Engkau adalah mutiara berharga
Harapan bangsa dan agama
Bukan hanya fisik yang harus dijaga
Akhlak juga harus dihiasi
dengan lembaran hidup islami

Engkau akan terlihat anggun
Bukan karena pengagummu yang berjibun
Tapi karena sikapmu yang santun
Engkau semakin mempesona
Dengan izzahmu yang terjaga
Engkau semakin cantik memikat
Karena kepribadianmu yang sesuai syari'at
Renungkanlah duhai akhwat…

[flowerhijab@yahoo.com]

Apapun orang kata inilah jalanku

Mereka bilang kerudungku seperti nenek-nenek
padahal rambut sasak mereka seperti daun kering melambai.
Mereka bilang jilbabku ketinggalan zaman
padahal tank-top mereka seperti koteka zaman batu.

Mereka bilang ucapanku seperti orang yang ceramah
padahal rumpian mereka tak lebih indah dari dengungan segerombol lebah.
Mereka bilang cara berfikirku ”ketuaan”
padahal umur kepala dua mereka tidak menjadikannya lebih dewasa dari seorang anak kecil berumur 5 tahun.

Mereka bilang tingkah polahku tidak enerjik,
padahal laku mereka lebih menyerupai banteng seruduk sana-seruduk sini.
Mereka bilang dandananku pucat,
padahal penampilan mereka lebih mirip dengan ondel-ondel
Mereka bilang aku nggak gaul,
padahal untuk mengenal konspirasi saja mereka geleng-geleng.

Mereka bilang:
aku sok suci
aku tidak menikmati hidup
aku nggak ngalir
aku fanatik sok lebay
dan sok bau surga.

Ku jawab:
Ya, aku berusaha untuk terus mensucikan diri.
Karena najis tidak pernah mendapatkan tempat dimanapun berada,
meskipun letaknya di atas tahta emas.

Ya, aku tidak menikmati hidup ini. Karena hidup yang kudambakan bukan hidup yang seperti ini yang lebih buruk dari hidupnya binatang ternak

Ya, aku nggak ngalir. Aku adalah ikan yang akan terus bergerak, tidak terseret air yang mengalir sederas apapun alirannya. Karena aku tidak ingin jatuh ke dalam pembuangan.

Ya, aku fanatik. Karena fanatik dalam kebenaran yang sesuai fitrah adalah menyenangkan dibanding fanatik dalam kesalahan yang fatrah (kufur)

Ya, aku memang sok lebay. Karena aku adalah manusia yang lemah yang terserang makhluk kecil macam virus saja tubuhku sudah ambruk, manusia yang bodoh yang tidak mengetahui nasib hidupku satu detik setelah ini, manusia yang serba kurang dan punya batas waktu yang ketika waktu itu habis aku tidak bisa mengulurnya ataupun mempercepatnya

Ya, aku ingin mencium bau surga yang dijanjikan Tuhanku yang baunya dapat tercium dari jarak ratusan tahun cahaya. Betapa meruginya orang yang tidak bisa mencium bau surga, karena itu menandakan betapa jauhnya posisinya dari surga...

Kullu maa huwa aatin qoribun
Segala sesuatu yang pasti datang itu dekat...

Manusia dibekali Islam dan Muhammad sebagai pembawa huda dan haq
Juga, manusia juga dibekali akal oleh Tuhannya
Namun, manusia diberi kebebasan memilih untuk hidupnya
Dan, there is only one choice

Untuk itulah aku memilih jalanku
Memilih jalan hidupku
Hidup yang aku dambakan
Mendamba apa yang telah dijanjikanNya
Janji yang tak akan pernah diingkari

Whatever... what they said

“Jika kamu menuruti kebanyakan manusia yang ada di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah)” (Qs. Al-An’am 116).

"Allah tidak akan mengingkari janji-janjiNya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui" (Qs. Ar-Rum 6). [Azka Al-Faruq/azka_faruqi@yahoo.com]

Senyumlah walau hati penuh gundah...

Teruntuk insan yang hatinya sedang diremukkan
Sapu air matamu yang mengalir deras
Redam bara emosi yang bergejolak memanas
Engkau tercipta bukan untuk menangisi zaman.

Ataupun menyesali duka lara
Usah tenggelam dalam kubangan nestapa
Jika cintamu mengalami kegagalan
Jika ta’arufmu kandas di jalan.

Tersenyumlah...
Awan hitam selalu menyimpan pelangi
Begitupun Sang Penggenggam nyawa
Dia selalu punya rahasia dan bijaksana
untuk membuat dewasa makhluk-Nya.

Cinta suci sedang menunggumu
Tetapi engkau harus sabar menantikan
Cinta itu akan menjemputmu
Di masa yang telah Dia rencanakan.

Teruntuk yang hatinya sedang diremukkan
Jangan berikan celah pada syaitan
yang membuat semangatmu terlemahkan
Perihnya duka bukanlah isyarat runtuhnya langit
Ataupun robeknya kulit bumi.

Allah menempa pribadi tangguhmu
Dalam butiran air matamu
Dalam jeritan derita batinmu
Dalam rintihan sesaknya nafasmu.

Teruntuk yang hatinya sedang diremukkan
Pasang surut laut adalah kepastian
Tawa dan tangis adalah kewajaran
Takdir-Nya menjadikan makhluk berpasangan.

Sebuah ketetapan Sang Penguasa
Jika engkau tak dapatkan pasangan di dunia
Bukan berarti Allah memberimu petaka
Tapi Dia sedang menyiapkan makhluk terindah
Yang menantimu di Jannah
Yang kan menemani jiwamu yang resah

Tersenyumlah...
Dalam kesabaran munajad panjangmu
Meski tajamnya duri mencabik-cabik lukamu
Meski remuk redam menyerang hatimu.

Puisi kematian

Saudaraku, ingatlah MATI
Sesungguhnya mati adalah janji yang ditepati
Tapi mengapa kau tak pernah peduli
Engkau lebih memilih dunia yang hina ini.

Dalam doa kau meminta khusnul Khotimah
Tapi pandanganmu akan dunia tak terarah
Kau masih mencari dunia yang belum terjamah
Sehingga lupa keinginanmu meraih Jannah.

Setiap nafsu yang kau hembuskan dalam hidupmu
Tak terpuaskan walau dua gunung emas mengelilingimu
Hingga kau tertidur dalam pelukan hangat istrimu
Dan kau terbuai dalam angan dan mimpi indahmu.


Gelap matamu akan nasib di akhirat nanti
Ketika ditanya apa yang kau kerjakan selama ini
Nanti kau akan ditanya sendiri-sendiri
Kau pun tidak akan dapat melarikan diri
Dari panas dan teriknya matahari
Dari dosa-dosa yang kau lakukan setiap hari.

Semoga medan jihad mengantarkan kematianku
Atau saat Sujud shalat aku menghadap Rabbku
Atau saat Hari Jum’at sebagai hari terakhirku
Atau saat amalan terbaikku,
Malaikat maut melepas jasadku.

Thursday, December 1, 2011

Jika bumi bisa berkata-kata

Wahai manusia..!

>> Engkau berlari-lari di atasku, tempat kembalimu adalah di dalam perutku.
>> Engkau melakukan maksiat di atasku, engkau akan
diseksa di dalam perutku.
>> Engkau ketawa di atasku, engkau akan
menangis di dalam perutku.
>> Engkau bergembira di atasku, engkau akan
bersedih di dalam perutku.
>> Engkau mengumpulkan harta di atasku, engkau akan
menyesal di dalam perutku
>> Engkau memakan yang haram di atasku,engkau akan
dimakan ulat-ulat di dalam perutku.
>>Engkau sombong di atasku, engkau akan
menjadi hina di dalam perutku.
>> Engkau berjalan dalam keadaan sukacita di atasku, engkau akan jatuh di dalam
perutku dalam keadaan dukacita.
>>Engkau berjalan dalam cahaya yang terang di atasku, engkau akan jatuh ke tempat
yang gelap di dalam perutku.
>> Engkau berjalan di khalayak ramai di atasku, engkau akan menjadi
sendirian di dalam perutku.
(Anas bin Malik)

Hati-hati dengan tipu daya syaitan...

Satu kisah seorang lelaki buta yang rajin berjemaah di masjid. Satu hari seperti biasa beliau berjalan ke masjid, tiba2 terjatuh dalam sebuah lubang. Lelaki ini balik ke rumahnya dan menyalin baju, kemudian dia pergi semula ke masjid. Alangkah malangnya beliau terjatuh lagi untuk kali kedua. Lalu dia kembali ke rumah lagi sekali dan menyalin baju lagi. Perjalanan ke masjid kali yang ketiga beliau hampir jatuh juga, tapi ada seseorang yang menahannya. Lalu si penyelamat itu memimpinnya hingga ke masjid.

Lelaki itu berterima kasih dah bertanya “Kamu ini siapa?” Jawab si pembantu itu “Aku adalah syaitan”. Alangkah terkejutnya lelaki buta kerana syaitan telah membantunya sampai ke masjid, lalu dia bertanya “Lalu,kenapa kamu membantu aku ke sini?”. Jawab syaitan “Aku membantumu kerana aku takut dosa orang Islam lain terampun. Semasa kau jatuh kali pertama, dosamu terampun, semasa kau jatuh kali kedua, dosa ahli keluargamu terampun. Jika aku membiarkan kau jatuh kali ketiga, dosa umat Islam akan terampun. Sebab itulah aku membantumu”.

Kita kadang-kadang terbuta mata dengan perkara-perkara baik yang kita lakukan. Konon sudah cukup bagus lakukan kebajikan. Namun tanpa sedar, syaitan turut menyelinap bersama amal-amal kita. Mungkin mengajak kita supaya riyak, supaya takbur, supaya ujub dan sebagainya.

Mungkin juga memberi kita idea-idea licik untuk mendapat kebaikan dari sesuatu, walaupun dengan mengambil kesempatan, dan sebagainya.



Namun sepertimana Allah berfirman dalam Surah al-Fath, “Telah datang kebenaran dan telah lenyap kebatilan. Kebatilan adalah sesuatu yang pasti akan lenyap”, setiap tipu daya syaitan bukan sesuatu yang bersifat kekal. Oleh itu kita hendaklah sentiasa beringat-ingat akan dipu daya mereka. Ikuti jalan yang sebenarnya agar kita medapat kejayaan yang hakiki, dunia dan akhirat.

Satu lagi kisah tipu daya syaitan ialah yang berlaku semasa zaman Nabi Nuh. Umat Nabi Nuh begitu menghormati para ulama pada zaman itu. Lalu apabila ulama itu meninggal, mereka membina tugu2 peringatan terhadap ulama2 tersebut. Namun kerja licik syaitan telah menyesatkan generasi berikutnya, daripapa tugu peringatan bagi melambangkan penghormatan, akhirnya menjadi berhala sembahan.

Sentiasalah kita berwaspada. Benda yang pada zahirnya nampak baik, harus kita suluh betul-betul. Suluhan ini memang tak nampak jika tidak dengan petunjuk Allah. Oleh itu kita mesti merapatkan hubungan dengan Allah, dengan penuh keikhlasan. Orang2 ikhlas adalah mereka yang syaitan tidak mampu nak mengganggu.

Semoga kita semua, (saya sendiri) termasuk dalam golongan yang mendapat hidayah Allah, dijauhkan daripada menderita buta mata hati. Buta mata hati boleh menyebabkan kita menjadi seperti Robin Hood, membantu satu pihak dengan menganiaya satu pihak lain. Walaupun yang dicuri itu adalah harta orang kaya yang kedekut, dan tujuan mencuri pun nak memberi peringatan kepada orang2 kaya ni agar jangan kedekut, namun mencuri tetap satu perbuatan yang berdosa. Mungkin Robin Hood tak tahu cara nak berkomunikasi dengan orang-orang kaya, mungkin dengan meminta derma atau menganjurkan konsert amal.

Tak apa, itu Robin Hood. Dan kita tak perlu nak jadi Robin Hood moden. Membantu orang dengan cara yang salah. Seharusnya kita menjadi musuh kepada syaitan dan menghindari sifat2 mereka, bukan menjadi rakan kongsi mereka pula.

Naudzubillahi min zalik (Kami berlindung dengan Allah daripada perkara sebegitu).

Kelebihan SURAH AL BAQARAH

Tazkirah Jumaat
7 Oktober 2011 (9 Zulkaedah 1432H)


KELEBIHAN MEMBACA SURAH AL BAQARAH

Antara kelebihan surah Al baqarah seperti yang telah di sabdakan oleh Rasulullah SAW:

1. Rumah yang di bacakan surah Al Baqarah tidak akan dimasuki syaitan

Imam Ahmad, at-Tirmidzi, Muslim dan An-Nasa-I meriwayatkan dari Suhail bin shalih, dari ayahnya, dari abu hurairah bahawa Rasulullah SAW bersabda: “Janganlah kamu menjadikan rumah kamu sebagai kuburan, sesungguhnya rumah yang di bacakan Surah Al Baqarah tidak akan dimasuki syaitan“ At tirmidzi mengatakan : hadis ini hasan sahih

Syaitan akan lari dari rumah yang dibacakan surah Al baqarah.

Dari Abdullah bin Mas’ud, ia berkata bahawa Rasulullah SAW telah bersabda : “Semoga aku tidak mendapatkan salah seorang daripada kamu meletakkan salah satu kakinya diatas kaki yang lain sambil menyanyi dan meninggalkan surah Al Baqarah tanpa membacanya, sesungguhnya syaitan akan lari dari rumah yang dibacakan surah Al baqarah. Sesungguhnya rumah yang paling kosong adalah rumah yang hampa dari kitab Allah (Al-Quran)“

Hadis riwayat An-Nas-I dalam kitab al-yaum wa al-lailah

Abdullah bin Mas’ud mengatakan : Barangsiapa yang membaca sepuluh ayat dari surah Al baqarah iaitu ayat ;

• Surah Al baqarah ayat 1-5

• Ayat kursi dan 2 ayat berikutnya

• Surah Al Baqarah ayat 284-286

Maka syaitan tidak akan masuk kerumahnya pada malam itu. Dalam satu riwayat lain disebutkan bahawa dia dan keluarganya tidak akan didekati syaitan dan apa yang dibencinya ( binatang buas seumpamanya ). Dan tidaklah ayat ini jika bicakan kepada orang gila akan membuatkannya sadar.

2. Malaikat bersama dengan orang yang membaca surah Al Baqarah

Ini merupakan salah satu fadhilat dan kelebihan surah Al baqarah kepada pembacanya. Al Bukhari meriwayatkan dari Al-laits, dari yazid bin Al-Haad, dari Muhammad bin Ibrahim, dari Usaid bin Hudhair:

“Pada suatu malam dia membaca surah Al-Baqarah sementara kudanya ditambat berhampiran dengannya. Tiba-tiba kudanya itu pun berputar-putar. Ketika Usaid berhenti membaca, kudanya itu pun kembali tenang. Kemudian Usaid membacanya kembali dan kudanya itu pun kembali bergerak dan berputar-putar. Tatkala dia berhenti membaca, kudanya kembali diam. Kemudian dia membacanya lagi, kudanya itu pun bergerak dan berputar-putar. Maka dia pun berhenti membacanya sedangkan puteranya Yahya berada berhampiran kuda tersebut. Oleh kerana berasa bimbang dan kasihan kuda itu akan memijak anaknya, dia pun mengambil anaknya seraya penglihatannya mengadap ke langit dan dia melihat satu bayangan putih (berkelip-kelip) sampai dia tidak melihatnya lagi.

Ketika pagi menjelang, dia pun menceritakan perihal tersebut kepada Rasulullah SAW. Rasulullah bersabda :

“Wahai putera Hudhair, baca terus” Dia menjawab “ Ya Rasulullah, aku merasa bimbang kepada Yahya kerana dia berada dekat dengan kuda tersebut. Kemudian aku mengangkat kepalaku dan melihat ke langit, tiba-tiba aku melihat seperti suatu bayangan yang mirip lampu-lampu. Setelah itu aku keluar rumah dan melihatnya sampai aku tidak melihatnya lagi.”

“Tahukah engkau apa itu“ Tanya Rasulullah. “Tidak“ Jawabnya.

Beliau pun bersabda “ itulah malaikat yang mendekatimu untuk mendengar suara bacaanmu. Seandainya kamu terus membacanya (sampai pagi), nescaya pagi ini manusia akan dapat melihatnya tanpa terhalang.

3. Mendapat syafaat ketika di padang mahsyar.

Surah Al baqarah dan surah Ali’- Imran dipanggil surah az-Zahrawain yang apabila dibaca akan mendapat syafaat di padang mahsyar kelak. Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Umamah, dia berkata: “Aku pernah memdengar Rasulullah bersabda: “Bacalah Al-Quran kerana Al-quran itu akan memberi syafaat kepada pembacanya di Akhirat kelak. Dan bacalah az-Zahrawain iaitu Surah Al-Baqarah dan Ali’-Imran, kerana kedua surah itu akan datang pada hari kiamat, seolah-olah keduanya bagai tompokan awan, atau 2 bentuk payung yang menaungi, atau dua kelompok burung yang mengembangkan sayapnya. Keduanya akan berdalih untuk membela pambacanya di hari kiamat.“

4. Mengelak dari terkena sihir

Kemudian beliau bersabda lagi “Bacalah Al-Baqarah kerana membacanya akan mendatangkan berkah dan meninggalkanya bererti penyesalan. Dan para tukang sihir tidak akan sanggup menjangkaunya (si pembaca)” Kedua hadis diatas juga diriwayatkan oleh Muslim dalam kitabnya As-shalah.

Dalam sahih bukhari dan muslim diriwayatkan bahawa Rasulullah pernah membaca kedua-dua surah itu dalam satu rakaat.

Membaca dan mendengar bacaan Surah Al baqarah dengan terjemahan adalah salah satu dari Majlis zikir.

Sumber : Dipetik dari kitab Tafsir Ibnu Katsir

http://hadith2u.blogspot.com/2011/06/kelebihan-membaca-surah-al-baqarah.html

6 perkara

Rasulullah saw bersabda: “Jaminlah untukku enam perkara, aku jamin syurga untukmu, iaitu: bercakap benarlah bila kamu berbicara, tepatilah janji bila kamu berjanji, sampaikanlah apabila kamu diberi amanah, jagalah kemaluanmu tahanlah pandangan matamu, dan tahanlah tanganmu.”(Hadith Riwayat Imam Ahmad,Ibnu Hibban, Baihaqi)

1. Bercakap benarlah bila kamu berbicara.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Cukuplah seseorang dianggap berbohong apabila dia senantiasa menceritakan semua yang dia dengar. (tanpa diselidiki kebenarannya)” (Riwayat Imam Muslim)

2. Tepatilah janji bila kamu berjanji.

Ada dua jenis janji iaitu janji bertulis dan janji secara mulut atau lisan. Kedua-duanya akan ditanya dihari kiamat. Dalam quran disebut:

……dan sempurnakanlah perjanjian (dengan Allah dan dengan manusia), sesungguhnya perjanjian itu akan ditanya.(Al-Isra, 34)

3. Sampaikanlah apabila kamu diberi amanah

Kiamat berlaku disaat amanah disia-siakan. Kerja juga adalah satu amanah, sempurnakanlah kerja agar murah rezeki. Nabi Muhammad juga digelar Al-Amin kerana amanah. Amanahlah dalam semua aspek. Serahkanlah amanah kepada yang pakar dalam bidangnya.

Rasulullah saw bersabda, “tidak (sempurna) iman seseorang yang tidak amanah, dan tidak sempurna agama seseorang yang tidak menunaikan janji.” (HR. Ahmad).

Rasulullah s.a.w bersabda “Apabila suatu perkara diserahkan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah saat kehancuran (Riwayat Bukhari)

4. Jagalah kemaluanmu.

Jauhi dari digunakan pada tempat yang salah. (haram). Di dunia Allah beri satu (1) tenaga kepada setiap orang lelaki. Satu tenaga ini boleh diguna hanya kepada 4 isteri. Ramai orang yang tidak dapat jaga 1 tenaga dan nafsu ini dan digunakan pada tempat yang haram, iaitu perhubungan seks haram, pelacuran. Di syurga Allah akan beri 100 tenaga untuk lelaki dan perempuan. Jagalah tenaga yang 1 di sini untuk dapat 100 di sana.

5. Tahanlah pandangan matamu.

Kata pepatah Melayu dari mata turun ke hati. Kerana itulah kita disuruh merendahkan pandangan daripada memandang perkara yang haram dan wajah wanita atau lelaki yang bukan mahram. Diriwayatkan, Rasulullah berjalan dengan agak laju dan menundukkan pandangan.

An-Nur [30] Katakanlah (wahai Muhammad) kepada orang-orang lelaki yang beriman supaya mereka menyekat pandangan mereka (daripada memandang yang haram) dan memelihara kehormatan mereka. Yang demikian itu lebih suci bagi mereka; sesungguhnya Allah Amat Mendalam PengetahuanNya tentang apa yang mereka kerjakan.

An-Nur [31] Dan katakanlah kepada perempuan-perempuan yang beriman supaya menyekat pandangan mereka (daripada memandang yang haram)……

6. Tahanlah tanganmu.

Tangan jugalah yang menyumbang kepada kejahatan walaupun sekadar mencuri selipar. Oleh itu ikatlah dan kawallah tangan daripada melakukan kejahatan.

Manadah tangan ke langit tika berdoa

Salah satu ulama Al Azhar, Al Muhaddits Syeikh Ahmad bin Shiddiq Al Ghumari Al Maghribi (1380 H) telah menyebutkan alasan kenapa disyariatkan menengadahkan tangan ke langit saat berdoa. Dalam beliau, Al Manhu Al Mathlubah fi Istihbabi Raf’i Al Yadaini fi Ad Du’a` ba’da As Shalawati Al Maktubah (hal.61), beliau mengatakan,
”Jika ada yang mengatakan,’kalau Allah Ta’ala terbebas dari arah, lantas kenapa menengadahkan tangan ke langit saat berdoa?’”


Beliau menjawab pertanyaan itu dengan jawaban Imam At Thurthusi (529 H), ulama Malikiyah dari Iskandariyah, yang termaktub dalam Ithaf As Sadah Al Muttaqin, syarah Ihya Ulum Ad Din (5/34,35). Dalam jawaban itu, At Thurthusi memberikan dua jawaban:

Pertama:
Hal itu berkenaan dengan masalah ubudiyah, seperti menghadap kiblat saat melaksanakan shalat, dan meletakkan kening ke bumi saat sujud, yang juga mensucikan Allah dari tempat, baik itu Ka’bah maupun tempat sujud. Sehingga, seakan-akan langit merupakan kiblat saat berdoa.


Kedua :
Karena langit adalah tempat turunnya rizki, rahmat dan keberkahan, sebagaimana hujan turun dari langit ke bumi. Demikian pula, langit merupakan tempat para malaikat, dimana Allah memutuskan maka perintah itu tertuju kepada mereka, hingga mereka menurunkannya ke penduduk bumi. Ringkasnya, langit adalah tempat pelaksanaan keputusan, maka doa ditujukan ke langit.


Jawaban At Thurtusi di atas sebenarnya merujuk kepada jawaban Al Qadhi Ibnu Qurai’ah (367 H), saat ditanya oleh Al Wazir Al Muhallabi (352 H), seorang menteri Baghdad yang amat dekat dengan para ulama. Dimana suatu saat Al Muhallabi menanyakan,
“Saya melihatmu menengadahkan tangan ke langit dan merendahkan kening ke bumi, di mana sebenarnya Dia (Allah Ta’ala)?

Ibnu Qurai’ah menjawab,
”Sesungguhnya kami menengadahkan tangan ke tempat-tempat turunnya rizki. Dan merendahkan kening-kening kami ke tempat berakhirnya jasad-jasad kami. Yang pertama untuk meminta rizki, yang ke dua untuk menghindari keburukan tempat kematian. Tidakkah engkau mendengar firman Allah Ta’ala (yang maknanya),”Dan di langit rizki kalian dan apa-apa yang dijanjikan.” (Ad Dzariayat: 22). Dan Allah Ta’ala berfirman (yang maknya),”Darinya Kami ciptakan kalian, dan padanya Kami kembalikan kalian.”
(Thaha: 55).

Imam Ibnu Hajar Al-Asqolany dalam kitab beliau berjudul Fathul Bari,jilid 2, m/s 233, cetakan Dar Ma’rifah Beirut :


السماء قِبْلة الدعاء كما أن الكعبة قِبْلة الصلاة” اهـ.
Katanya: Langit merupakan kiblat bagi doa sebagaimana kaabah kiblat bagi solat.
Allah Taala telah sedia ada tanpa tempat, tanpa arah dan Allah telah sedia wujud sebelum Dia menciptakan segala makhluk.

_______________________
Dinukil dari Al Manhu Al Mathlubah fi Istihbabi Raf’i Al Yadaini fi Ad Du’a` ba’da As Shalawati Al Maktubah, Maktab Al Mathbu’at Al Islamiyah, cet 2 (2004) dengan tahqiq Syeikh Al Muhaddits Abdu Al Fattah Abu Ghuddah.

Sumber : Http://almanar.wordpress.com

Sejahat-jahat makhluk

Tersebut dalam kitab Hadith Bukhari, bahawa sahabat Nabi SallaLLahu 'alaihi wasallam, bahawa sahabat Nabi Ibnu Umar radiyaLlahu 'anhu berpendapat, bahawa orang-orang khawarij dan i'tiqadnya adalah orang-orang yang paling buruk. Kami nukilkan di bawah ini apa yang disebut dalam Kitab Bukhari yang bererti :

Dan adalah sahabat Nabi Ibnu Umar radiyaLlahu 'anhu berpendapat bahawa makhluk ALlah yang paling jahat, mereka mengambil ayat-ayat al Quran yang sebenarnya turun untuk orang kafir, tetapi digunakannya kepada orang Mukmin
(Fathul Bari XV halaman 313), Sahih Bukhari no 6531.

Dalam menerangkan perkataan Ibnu Umar ini, Imam Ibnu Hajar Asqalani menyatakan bahawa dalam hadith yang dirawikan oleh Imam Tabari menerangkan bahawa seorang Asyaj bertanya kepada Nafi'i - bagaimana pendapat Ibnu Umar tentang orang-orang Khawarij yang berkumpul di Hururiyah? AbduLlah bin Umar menjawab,
bahawa mereka adalah makhluk yang paling buruk, kerana mereka menggunakan ayat-ayat al Quran yang sebetulnya menerangkan hal-hal orang kafir dan digunakannya kepada orang Mukmin
(Fathul Bari Juzuk 15 halaman 313)

Sumber rujukan :

1. Dr Muhammad Adil Azizah Al Kayalli, Al Firqah An Najiah Hia Al Ummatul Islamiyyah Kulluha, Cet 1, 2008, halaman 119-120, Mutiara Ilmu Surabaya

2. K.H Sirajuddin Abbas, I'tiqad Ahlussunnah Wal-jama'ah, Cet Kesembilan , 2006, Halaman 149, Pustaka Aman Press

Hukum memungut barang yang di jumpai

Oleh : Mufti Brunei

Perihal “Luqathah”

(Bahagian Pertama)

(Dengan nama Allah, Segala puji bagi Allah, Selawat dan salam ke atas Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, keluarga, sahabat dan para pengikut Baginda)

Bukanlah suatu perkara yang asing jika kita terjumpa dengan barang-barang yang tercicir. Barang-barang tercicir ini berlaku di mana-mana, di tempat-tempat awam, di kaki lima jalan, tempat letak kereta, masjid, pusat membeli belah, tandas, kawasan sekolah dan lain-lain.

Pada kebiasaannya, apabila berhadapan dengan situasi begini, orang akan bertindak memungut barang tersebut samada akan menyerahkannya kepada polis, pihak-pihak yang tertentu ataupun membiarkannya sahaja di tempatnya. Ada juga yang memungutnya dengan hajat untuk memiliki, menjual atau menyedekahkan barang tersebut. Persoalan mengenai memungut barang-barang tercicir ini akan kita huraikan melalui irsyad ini.

Definisi Luqathah Menurut Syara‘

Lazimnya suatu barang atau benda ada pemiliknya. Barang atau benda yang dijumpai dan tidak diketahui pemiliknya, di dalam ilmu Fiqh diistilahkan sebagai luqathah.

Luqathah ialah harta ataupun barang yang dijumpai di suatu tempat yang tidak dimiliki, tidak diketahui pemiliknya, tiada tandatanda di dalam jagaan atau tidak berada di tempat yang lazimnya harta atau barang itu berada, sama ada ia hilang dari pemiliknya disebabkan tercicir ataupun terlupa.

Menurut ulama Mazhab Syafi‘ie, haiwan hilang (sesat) yang tidak mampu mempertahankan diri dan tidak mampu mencari kehidupannya sendiri juga dipanggil luqathah.

Maka tidak termasuk dalam definisi luqathah: Harta atau barang yang ditemui di dalam kawasan yang dimiliki, yang diketahui pemiliknya, mempunyai tanda-tanda di dalam jagaan atau berada di tempat yang lazimnya ia berada. Begitu juga harta perang, bahan
galian yang tertanam di dalam tanah seperti emas dan perak, dan haiwan yang mampu mempertahankan diri dan mencari kehidupannya sendiri.

Selain itu, barang atau benda yang tidak dikira sebagai harta di dalam syara‘ seperti arak dan babi, mahupun yang tidak dihormati di dalam syara‘ seperti benda-benda yang melalaikan dan sia-sia adalah tidak termasuk di dalam istilah luqathah.

Dari penjelasan di atas menunjukkan bahawa barang atau benda yang dijumpai yang dipercayai tercicir atau hilang dan tidak diketahui pemiliknya adalah disebut sebagai luqathah.

Hukum Memungut Barang Tercicir

Memungut barang yang tercicir (luqathah) mempunyai hukum yang berbeza-beza menurut keadaan orang yang memungutnya seperti berikut:

1-Sunat: Sebilangan besar ulama berpendapat bahawa orang yang terjumpa barang yang dipercayai tercicir (luqathah) sunat memungutnya jika dia percaya dirinya akan berlaku amanah, agar barang itu tidak diambil oleh orang yang khianat.

Akan tetapi jika dia tidak yakin akan berlaku amanah, maka tidaklah disunatkan untuk memungut barang luqathah itu kerana ia mendorong untuk menyembunyikannya. Sekiranya dia ingin memungutnya, harus menurut pendapat al-Ashah, tetapi tidak digalakkan kerana berkemungkinan dia berlaku khianat dan dikhuatiri barang itu akan hilang.

2-Wajib: Wajib dipungut barang luqathah yang dijumpai di tempat yang dipercayai barang itu boleh jadi akan hilang jika dibiarkan atau di tempat laluan orang fasiq dan khianat, atau di tempat yang dikhuatiri tidak ada orang yang amanah selain diri orang yang menjumpai itu. Jika tidak di dalam keadaan sedemikian ini, maka tidaklah dihukumkan wajib.

3-Harus: Harus pula hukumnya memungut barang luqathah yang dijumpai jika tidak dikhuatiri barang tersebut akan hilang. Dalam erti kata lain, boleh sahaja dipungut atau boleh juga ditinggalkan.

4-Haram: Bagi orang yang tahu dan pasti dia akan berlaku khianat, lalu memungut barang tersebut untuk dirinya, bukan untuk menjaga dan mengembalikannya kepada pemiliknya atau pihak yang berhak, maka hukumnya adalah haram.

5-Makruh: Manakala makruh ke atas orang yang tidak percaya dan tidak yakin dengan dirinya menjaga dan bertanggungjawab terhadap barang luqathah itu memungutnya.


Sebilangan besar ulama juga mengatakan makruh bagi orang fasiq memungut barang luqathah tersebut.

Orang fasiq itu ialah seperti orang yang meninggalkan atau mencuaikan sembahyang, puasa, zakat, zakat fitrah, haji dan umrah, orang melanggar larangan Allah, menipu daya, berzina, minum arak, berjudi, rasuah, pecah amanah, bohong, riba, bermuka-muka, tiada ikhlas semata-mata kerana Allah, bergaduh, bersengketa dengan orang Islam, tiada memberi sara hidup kepada isteri dan anak-anak, tiada mengajarkan mereka akan fardhu ‘ain, derhaka kepada ibu bapa, sakit hati dan dengki hasad kepada orang Islam.

Apa Yang Perlu Dibuat Dengan Barang Yang Dipungut?

Jika seseorang menjumpai barang luqathah dan tidak ada sebarang tegahan syara‘ atau yang memudaratkan untuk memungutnya, maka barang tersebut bolehlah diperlakukan mengikut hukum syara‘ dan syarat-syarat luqathah.

Terdapat hadits-hadits yang menyatakan tentang pensyari‘atan memungut Luqathah serta tindakan yang perlu dibuat selanjutnya apabila memungutnya. Antaranya hadits yang diriwayatkan daripada Zaid bin Khalid al-Juhani Radhiallahu ‘anhu, apabila Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam ditanya mengenai barang luqathah, Baginda bersabda:

Maksudnya: “Ketahui (amati) bekas dan pengikatnya, kemudian hebahkanlah dalam tempoh setahun, sekiranya kamu masih tidak mengetahui pemiliknya maka kamu boleh gunakan dan ia menjadi barang wadi‘ah padamu. Apabila datang pemilik untuk menuntutnya pada suatu hari setelah berlalu suatu jangka masa, maka berikanlah kepadanya.”(Hadits riwayat Muslim)

Berdasarkan hadits di atas, orang yang terjumpa luqathah, lalu dia memungutnya, hendaklah dia berbuat langkah-langkah berikut:

1- Mengetahui bekas dan pengikat bekas barang yang dijumpai itu.

2- Mengumumkannya kepada orang ramai dalam tempoh satu tahun.

3- Menyimpannya apabila sekiranya masih tidak menemui pemiliknya atau tiada pemilik yang menuntutnya.

4- Mengembalikannya sekiranya ada pemilik yang menuntutnya walaupun setelah berlalu suatu jangka masa atau berlalu tempoh satu tahun pengumuman.

Hadits di atas menegaskan kepada orang yang menjumpai barang luqathah itu untuk mengetahui, mengamati dan mengambil spesifikasi barang itu terlebih dahulu adalah supaya dapat mengenal dengan pasti pemilik sebenar dan dapat membezakannya dari pemilik palsu yang mengaku memiliki barang tersebut apabila hendak menyerahkan kepada pemiliknya nanti.

Di samping itu, dianjurkan meletakkan tanda seperti menulis tarikh dan tempat barang tersebut dijumpai agar mudah diketahui oleh waris pemilik, jika pemiliknya meninggal dunia dan agar tidak bercampur dengan harta lain .

Tidak perlu menyebutkankan semua sifat-sifat barang tersebut dengan terperinci ketika penghebahan dibuat, bahkan sunat dengan hanya disebutkan setengah sifat-sifatnya sahaja agar tidak berlaku sebarang penipuan atau pengakuan palsu. Sebelum menghebahkan, faktor utama yang mempengaruhi ketentuan syara‘ berhubung dengan memungut luqathah yang perlu diketahui adalah nilai dan jenis barang (luqathah) itu. ‘Ulama membahagikannya kepada:-

1) Barang Yang Tidak Tahan dan Mudah Binasa

Jika barang itu sesuatu yang mudah binasa atau tidak tahan lama umpamanya makanan basah, makanan yang sudah dimasak seperti bubur, daging panggang, ikan, sayur-sayuran, buahbuahan seperti timun dan tomato, maka orang yang menjumpainya boleh memungut dan memilih antara;

• memakan atau meminum barang itu sebagai miliknya dan bersedia mengganti dengan nilai barang itu balik sekiranya ada pemilik yang menuntutnya;

• ataupun dengan menjual barang tersebut dan menghebahkannya kepada orang ramai setelah menjualnya supaya dia boleh memiliki (mengambil) harga bayaran barang
itu.

2) Barang Yang Tahan Melalui Kaedah Pemprosesan

Jika barang itu sesuatu yang mudah binasa tetapi boleh menjadi tahan dengan pemprosesan seperti kurma atau anggur yang dikeringkan, kepingan susu beku, maka orang yang memungutnya perlu melakukan sesuatu yang boleh memberi manfaat dan menguntungkan.

• Jika difikirkan dengan menjualnya akan menguntungkan pemiliknya, maka eloklah dijual dan disimpan harga bayaran barang itu serta bersedia menyerahkan hasil bayaran itu kepada pemiliknya jika ada;

• atau memprosesnya jika difikirkan dengan memproses barang tersebut akan mendatangkan kebaikan. Jika pemprosesan itu memerlukan perbelanjaan tetapi tidak ada yang dapat menanggung perbelanjaannya, maka bolehlah dijual sebahagian barang tersebut dan hasilnya boleh dibelanjakan untuk memproses selebihnya lagi.

3) Barang Yang Tidak Mudah Rosak atau Tahan Dengan Sendirinya

Jika barang itu sesuatu yang tahan lama atau tidak mudah rosak seperti emas, perak, buku, anak kunci, maka wajib ke atas orang yang memungutnya menjaganya selama mana tempoh penghebahan berlaku. Ini termasuklah jam tangan, telefon bimbit dan dompet berisi wang yang merupakan antara barang yang sering tercicir pada masa ini.

Sumber : http://www.mufti.gov.bn/irsyad/pelita/2011/bil22_bhg1-2011.pdf